Pada awal perjalanan menulis, tiap orang perlu nekat mengunggah atau mengirim artikel perdana ke media dan media sosial. Bisa diawali dengan membagikan tulisan di kalangan kerabat dan sahabat. Bisa dimulai dengan menulis untuk media sekolah, kampus, dan media lokal.
Tentu saja, bisa dimulai dengan ngeblog di Kompasiana yang penghuninya warganet super ramah, juga pada warga baru.
Coba pantau reaksi para pembaca dan redaktur atau admin. Jika menulis di blog gotong-royong dengan fitur komentar dan vote seperti Kompasiana ini, kita bisa mendapat apresiasi dan masukan langsung dari pembaca. Juga dari admin dengan pemberian label artikel pilihan dan artikel utama atau headline (HL).
Belajar dari penolakan dan masukan redaksi dan pembaca
Ketika kita mengirim ke media yang mensyaratkan tulisan diseleksi dahulu oleh redaktur, penolakan naskah adalah suatu yang wajar dialami penulis pemula.
Saya pun sudah sering mengalami "penolakan cinta" oleh redaktur media massa lokal maupun nasional. Bahkan ketika tulisan sudah mejeng di media nasional, penolakan masih bisa kita alami.Â
Wajar saja ditolak. Yang "tidak wajar" adalah berhenti menulis setelah ditolak.
Bisa terjadi, tulisan kita dikritik habis-habisan oleh redaktur dan atau pembaca. Saya pun sudah mengalaminya. Yang penting, kita mau belajar dari penolakan dan masukan redaksi dan pembaca.
Rendah hati dan jujur: dua keutamaan penulis
Apa dua keutamaan yang wajib dimiliki tiap penulis? Rendah hati dan jujur.Â
Rendah hati untuk belajar dari yang lebih bagus dan berpengalaman. Tidak marah dan tidak putus asa ketika tulisan kurang disambut pembaca dan admin.