Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

James Fowler: Iman Matang Tak Berhenti pada Pemuka Agama

2 Desember 2020   06:10 Diperbarui: 2 Desember 2020   06:13 1453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Enam tokoh pemuka agama yang masing-masing mewakili agama Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Budha, dan Kong Hu Cu memimpin doa bersama dalam pembukaan perayaan Cap Go Meh Bogor Street Festival, Selasa (19/2/2019).(KOMPAS.com / Ramdhan Triyadi Bempah)

Tahap Nol

Dalam pandangan James W. Fowler,  iman adalah sesuatu yang universal dalam diri tiap orang. Iman sekaligus juga sesuatu yang relasional dan sosial. Beriman (faithing-dalam istilah Fowler) mengandaikan komunitas, bahasa, ritual, dan pendidikan.

James Fowler berpendapat,  perjalanan seseorang dalam beriman telah dimulai bahkan sejak masih dalam kandungan. Seorang bayi merasakan kehadiran  ibu  yang  membuatnya merasa dikasihi. 

Pada  saat  ini,  iman  masih berada pada tahap primal faith, dimana iman masih belum terdiferensiasi  (undifferentiated  faith) dan belum terkait dengan kata-kata (preverbal).

Tahap-tahap berikutnya:

1. Intuitif-Proyektif (Intuitive-Projective)

Tahap ini dialami anak-anak prasekolah (umumnya umur 3-7 tahun) yang kerap mencampur-adukkan fantasi dan kenyataan. Selama tahap ini, gagasan yang kita miliki tentang Tuhan kita terima dari orang tua dan atau masyarakat.

Seorang anak mulai menyadari  ada  kematian,  seks  dan  tabu  yang  ditetapkan keluarga  dan  budaya masyarakatnya.  Iman  pada tahap intuitif-proyektif ini lekat dengan fantasi.

2. Mitis-Literal (Mythic-Literal)

Saat anak-anak mulai dididik di sekolah, mereka mulai memahami dunia secara logis. Mereka umumnya menerima kisah yang diceritakan pada mereka oleh komunitas beriman. Ada kecenderungan menangkap kisah –kisah itu secara sangat harfiah.

Sebagian kecil orang tetap berada pada tahap ini meskipun telah beranjak dewasa. Bahkan ada mahasiswa yang perkembangan imannya mentok pada tahap mitis-literal ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun