Tahap Nol
Dalam pandangan James W. Fowler, iman adalah sesuatu yang universal dalam diri tiap orang. Iman sekaligus juga sesuatu yang relasional dan sosial. Beriman (faithing-dalam istilah Fowler) mengandaikan komunitas, bahasa, ritual, dan pendidikan.
James Fowler berpendapat, perjalanan seseorang dalam beriman telah dimulai bahkan sejak masih dalam kandungan. Seorang bayi merasakan kehadiran ibu yang membuatnya merasa dikasihi.
Pada saat ini, iman masih berada pada tahap primal faith, dimana iman masih belum terdiferensiasi (undifferentiated faith) dan belum terkait dengan kata-kata (preverbal).
Tahap-tahap berikutnya:
1. Intuitif-Proyektif (Intuitive-Projective)
Tahap ini dialami anak-anak prasekolah (umumnya umur 3-7 tahun) yang kerap mencampur-adukkan fantasi dan kenyataan. Selama tahap ini, gagasan yang kita miliki tentang Tuhan kita terima dari orang tua dan atau masyarakat.
Seorang anak mulai menyadari ada kematian, seks dan tabu yang ditetapkan keluarga dan budaya masyarakatnya. Iman pada tahap intuitif-proyektif ini lekat dengan fantasi.
2. Mitis-Literal (Mythic-Literal)
Saat anak-anak mulai dididik di sekolah, mereka mulai memahami dunia secara logis. Mereka umumnya menerima kisah yang diceritakan pada mereka oleh komunitas beriman. Ada kecenderungan menangkap kisah –kisah itu secara sangat harfiah.
Sebagian kecil orang tetap berada pada tahap ini meskipun telah beranjak dewasa. Bahkan ada mahasiswa yang perkembangan imannya mentok pada tahap mitis-literal ini.