"Pecel, pecel, monggo Mas, monggo Mbak,"
seru Simbok penjual pecel dengan suara serak
beradu dengan riuh rendah Stasiun Tugu yang gundah
kala fajar malu-malu merekah di ufuk merah
*
"Mbok, nyuwun setunggal pincuk, nggih,"
pintaku waktu itu, kala Jogja masih lega
belum dijejali motor dan mobil mahasiswa
dan iklan kos-kosan khusus orang kaya
*
"Nuwun, Mas. Mugi-mugi lancar sekolah
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!