Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

7 Cara Praktis Hindari Perselingkuhan dengan Rekan Kerja

13 September 2020   06:15 Diperbarui: 13 September 2020   07:48 2633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
databoks.katadata.co.id

Ada beberapa lelucon tentang perselingkuhan (yang sebenarnya tidak lucu). Salah satunya begini:

"Ma, aku pamit ya. Seminggu tugas kantor ke Balikpapan-Samarinda."

"Iya, Pa. Kalau tugas kantor, aku dukung. Hati-hati di jalan, Pa."

"Jadi Mama setuju ya aku ke Balikpapan-Samarinda?"

"Iya, Pa. Jangan lupa beli oleh-oleh, ya."

Akhir cerita: Si suami pergi ke Balikpapan bersama Rinda, selingkuhannya.

*

Perselingkuhan bisa terjadi di mana saja dan kapan saja. Kadang tak bisa diduga, bahkan oleh para pelakonnya. Berawal dari sebuah ajakan makan berduaan. Atau, dari sebuah pujian sederhana.

Agak sulit mencari data sahih tentang jumlah dan musabab perselingkuhan di Indonesia. Akan tetapi, data Badan Pusat Statistik 2019 mengenai angka perceraian di Indonesia pada 2015-2018 dapat sedikit memberi gambaran.

databoks.katadata.co.id
databoks.katadata.co.id
Jumlah perceraian di tanah air semakin meningkat. Pada 2018, angka perceraian di Indonesia mencapai 408.202 kasus. Ini adalah peningkatan 9% dibandingkan tahun 2017. Alasan utama pemicu perceraian pada 2018 adalah perselisihan dan pertengkaran terus menerus (183.085 kasus). 

Kita dapat menduga, perselingkuhan menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya perselisihan dan pertengkaran terus menerus, yang pada akhirnya memicu perceraian.

Salah satu tempat terjadinya perselingkuhan adalah tempat kerja. Di Amerika Serikat, antara 40--47 persen karyawan yang disurvei dalam laporan Psychology Today 2013 mengatakan mereka telah terlibat dalam perselingkuhan di tempat kerja. 

Pertanyaan kita, bagaimana cara praktis mencegah terjadinya perselingkuhan, termasuk di tempat kerja? Berikut ulasannya:

1. Hindari Suasana Romantis dengan Pribadi Tertentu

Richard M. Gula dalam Just Ministry: Professional Ethics for Pastoral Ministers (2010) menekankan pentingnya menghindari suasana romantis dengan pribadi tertentu guna mencegah penyelewengan seksual.

Penting dicatat, saat ini kita tidak bisa menutup kemungkinan terjadinya penyelewengan seksual (baca: perselingkuhan) juga dengan sesama jenis.
Dengan demikian, nasihat ini berlaku bagi pribadi lawan jenis maupun sesama jenis. 

Suasana romantis, antara lain, tercipta kala Anda hanya berduaan dengan pribadi tertentu dalam kurun waktu yang cukup lama dengan kontak dekat secara intensif.

Undangan makan hanya berduaan saja, apalagi di ruangan privat adalah salah satu contohnya. Contoh lain, bepergian satu mobil berduaan saja, apalagi dalam kurun waktu yang cukup lama hingga larut malam.

Cara terbaik adalah menghindari terjadinya suasana romantis itu dengan mengajak serta seorang rekan yang dapat "menetralkan" suasana. Rekan saya selalu menolak ajakan makan berduaan dengan pribadi tertentu, terkhusus lawan jenis. Ia selalu mencari teman lain untuk ikut makan bersama.

2. Cermat Membaca dan Membatasi Bahasa Tubuh "Jatuh Cinta"

Seorang yang cukup dewasa dalam pengalaman hidup akan cepat menangkap bahasa tubuh diri sendiri dan orang lain. 

Bahasa tubuh seorang yang tertarik dengan Anda, antara lain: 

1) Ia sering merapikan baju dan dandanannya sebelum bertemu Anda;

2) Ia sering menerobos batas umum antarpribadi, misalnya dengan mendekatkan diri secara tidak wajar atau bahkan menyentuh Anda;

3) Ia mengatakan pujian yang berlebihan dan intensif.

4) Ia meminta "kanal khusus" untuk berkomunikasi dengan Anda, misalnya nomor telepon atau akun media sosial.

Masih banyak bahasa tubuh "jatuh cinta" yang dengan mudah dapat kita kenali sepanjang kita jujur dengan diri sendiri. 

Jika kita tulus bekerja demi keluarga, tentu kita tidak akan menanggapi dan atau mengirimkan bahasa tubuh "jatuh cinta" pada rekan kerja. Contohnya, ketika rekan kerja tetiba menyentuh tangan atau bahu Anda di ruangan yang sepi, Anda perlu tegas mengatakan bahwa Anda tidak suka dengan perlakuan itu.

3. Membatasi Kontak sesuai Deskripsi Pekerjaan

Perselingkuhan di tempat kerja akan dapat kita hindari jika kita tegas membatasi kontak dengan pribadi lain sesuai deskripsi pekerjaan. Kontak dengan klien dan rekan kerja memang sebaiknya tidak melebar ke urusan pribadi. 

Tentu saja, klien dan rekan kerja terkadang memerlukan kita sebagai "tempat curhat". Akan tetapi, jika curhat itu mulai menyangkut persoalan pribadi dan secara afektif menyita perhatian, kita sebaiknya berani membatasi diri.

Sarankan pada pribadi yang bersangkutan untuk mencari kerabat, sahabat, atau bantuan profesional (misalnya: psikolog dan pemuka agama) alih-alih mencari Anda sebagai "tempat curhat". 

Dalam praktik konseling yang saya ketahui, beberapa konselor bahkan membatasi jumlah maksimal pertemuan dengan satu klien. Jika setelah, misalnya, lima sesi konseling berlalu dan si klien tidak mengalami perubahan positif, artinya kami sebagai konselor sudah mentok dalam membantunya. Kami harus mengarahkan si klien ke konselor lain.

Ini perlu untuk mencegah terjadinya transference dan countertransference dalam praktik konseling. Transference adalah situasi di mana klien membelokkan harapan akan pribadi tertentu pada konselor. Misalnya, seorang istri mengagumi konselor yang lebih ramah dibandingkan suaminya.

Countertransference adalah situasi di mana konselor larut dalam konseling sehingga justru terlibat secara afektif pada pribadi dan masalah klien.

4. Menyadari dan Menghitung Risiko Perselingkuhan 

Perselingkuhan terasa indah, namun bisa bikin segalanya musnah.

Banyak orang terlena dalam mabuk asmara di luar ikatan perkawinan yang sah. Hal ini sejatinya bisa dihindari jika kita menyadari dan menghitung risiko perselingkuhan bagi diri, keluarga, dan orang-orang dekat kita.

Coba tanyakan pada diri Anda:

1) Apa yang akan terjadi dengan karierku jika perselingkuhan ini terbongkar?

2) Apa yang akan terjadi dengan perkawinanku, pasanganku, dan anak-anakku bila "si tupai yang pandai melompat ini jatuh juga"?

3) Apa yang akan terjadi dengan orang tua, saudara kandung, dan kerabat serta sahabatku ketika mereka tahu borokku ini?

4) Bisakah aku menyatukan lagi "kepingan-kepingan gelas kehidupan yang hancur lebur" akibat perselingkuhanku?

5. Terbuka dengan Pasangan dan Kerabat Dekat

Perselingkuhan lazimnya adalah "hubungan asmara sembunyi-sembunyi". Lawan dengan transparansi. Bahkan jika Anda merasa jatuh cinta pada rekan kerja, pada kondisi tertentu, wajar saja (bahkan sebaiknya) Anda jujur mengatakannya pada pasangan Anda.

Jika pasangan Anda adalah pribadi yang dewasa secara psikologis-spiritual, kiranya ia akan menerima pengakuan Anda dan memberikan dukungan. Jika Anda merasa hal ini belum dapat diwujudkan, cobalah terbuka pada kerabat dekat yang mengerti Anda.

Ada baiknya, pasangan dapat mengetahui kegiatan harian Anda. Sampaikan dengan jujur soal agenda Anda hari ini: bertemu siapa, di mana, dengan siapa, dst. 

Soal "membiarkan pasangan bisa membuka isi ponsel" masih jadi perdebatan. Di satu sisi, hal ini memang baik demi keterbukaan. Di sisi lain, apakah harus sampai sejauh itu jika memang ada privasi (dan rahasia profesi) yang harus juga dihormati? 

Bagaimanapun, seorang "tupai yang (agak) cerdik" tetap bisa menipu pasangan, misalnya dengan memiliki nomor telepon atau media lain untuk menghubungi selingkuhannya. Jadi, "membiarkan pasangan bisa membuka isi (satu) ponsel (yang kelihatan)" memang bukan jaminan antiperselingkuhan.

Intinya, sepakati hal-hal yang dapat mendukung keterbukaan demi cegah peluang perselingkuhan.

6. Hadirkan Keluarga dalam Lingkungan Kerja

Manusia adalah homo simbolicum atau makhluk simbol (Ernst Cassirer). Kita memerlukan simbol untuk menghadirkan sesuatu atau seseorang. Jika memungkinkan, sesekali ajak keluarga ke tempat kerja dan atau bersilaturahmi dengan rekan kerja.

Rekan kerja akan menyadari, bahwa Anda telah memiliki keluarga. Anda juga diingatkan, bahwa Anda sudah berkeluarga. 

Jika tak memungkinkan, hadirkan keluarga melalui "simbol". Pasang foto keluarga sebagai foto layar komputer dan ponsel. Tempel lukisan anak Anda di meja kerja kantor. Ceritakan kepada rekan kerja betapa bangganya Anda memiliki pasangan dan anak-anak yang mencintai dan Anda cintai.

7. Ciptakan suasana kerohanian dan keagamaan di kantor

Benteng paling kuat dalam menangkal segala godaan adalah pertolongan Tuhan YME. Banyak orang jatuh ke dalam jerat perselingkuhan karena telah lama melupakan Tuhan.

Awalilah dan akhirilah hari dan kegiatan kerja Anda dengan doa. Ingatlah, betapa Tuhan YME sudah bermurah hati memberikan pekerjaan dan karier yang baik pada Anda. Pandanglah rekan-rekan kerja sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang patut dicintai, namun bukan untuk "dimiliki".

Jika memungkinkan, ajak para rekan kerja untuk beribadah bersama. Alih-alih sumber godaan, kantor dan rekan kerja sangat potensial menjadi penguat iman. 

Betapa indahnya bekerja dalam ketulusan, tanpa perselingkuhan.

Salam. Sila berkomentar dan membagikan artikel ini jika dipandang berguna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun