Pria itu tak tenang. Memandang pepohonan yang terus tumbang ditebang.Â
"Itu tanah adat Kinipan. Mengapa kalian hancurkan?"
Tapi bantengbanteng besi terus mengamuk. Hutan pun remuk.
Pria perkasa itu tetiba kehilangan daya. Menangis sejadi-jadinya.
Pohon pompakan, sedawak, dan terotungan warisan moyangnya
habis tak bersisa.
*
Pria itu ingin berteriak. Apa daya, tiada tenaga tersisa
ia telah berteriak bertahun lamanya
sayang, telingatelinga pejabat tak mendengarnya
dan guyuran uang sawit telah mengalir dengan derasnya.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!