Seorang dosen (tamu) sebuah universitas bernuansa keagamaan di Jogjakarta kedapatan melakukan pelecehan seksual kepada puluhan perempuan.
Dosen yang sekilas tampak kalem dan alim itu rupanya gemar mengumbar fantasi seksual bertukar pasangan melalui fitur percakapan media sosial.
Pengakuan sang dosen yang diunggah di media sosial dan lantas dimuat berbagai media menunjukkan fakta yang memprihatinkan.
Ia mengaku telah mencatut nama universitas negeri ternama dan juga lembaga keagamaan terkemuka di Indonesia untuk melancarkan aksinya.
Yang mengejutkan, ia mengaku pernah melakukan pelecehan seksual secara fisik.
Penelusuran media menyebutkan, ia pernah dipukul banyak orang karena kedapatan melakukan tindakan tak terpuji. Ia bahkan dijuluki "dosen swinger" karena kecenderungan ganjilnya itu.
Setakat ini, sudah sekitar 50 korban yang mengaku pernah mengalami pelecehan seksual dari oknum dosen tersebut.
Konon, aksi tak terpuji oknum telah terjadi sejak 2014. Diperkirakan, sang dosen seminggu sekali mencari korban baru secara acak melalui grup-grup media sosial.
Jika dihitung secara kasar berdasarkan pola kejahatannya, jumlah korban sang dosen dapat mencapai 300 orang dalam kurun waktu 2014-2020.Â
Mengapa Korban Enggan Melapor
Pertanyaan klise yang muncul tiap kali muncul kasus pelecehan dan kekerasan seksual adalah "mengapa korban enggan melapor?".Â