Kenyataan hidup membuktikan:
- bahasa Yunani (bahasa asli Injil dan Alkitab Perjanjian Baru) dituturkan juga oleh orang nonkristiani. Contoh: diplomat muslim yang bertugas di Athena.
-bahasa Arab (bahasa Al-Quran) dituturkan juga oleh orang nonmuslim. Contoh: jemaat kristiani di Lebanon dan Irak.
Siapa pun bebas mempelajari dan menjadi penutur bahasa daerah dan bahasa apa pun. Akademisi pun sering mempelajari bahasa daerah demi perkembangan ilmu pengetahuan.Â
Mengapa harus menolak (aplikasi) terjemahan Alkitab dalam bahasa daerah tertentu, padahal nyatanya bahasa daerah itu dituturkan oleh pemeluk aneka agama dan bisa dipelajari siapa pun juga di luar suku penutur asli? Pelarangan ini adalah wujud gagal paham mengenai batasan penutur bahasa.Â
Wasana kata, tulisan ini saya anggit dengan niat baik untuk membuka wawasan soal kebinekaan, kebangsaan, politik berkeadaban, dan kebahasaan.Â
Jangan mudah terjebak dalam politisasi agama yang makin marak terjadi dan sayangnya justru merusak kesatuan kita sebagai bangsa.
Salam hormat dan salam hangat bagi semua saja, juga bagi rekan-rekan dan pembaca artikel ini, yang adalah penutur bahasa Minang. Saya kutip salah satu bagian dari dua perintah utama Yesus dalam Injil Matius 22:39 berikut ini:Â
"Kasiahilah sasamo manusia, bakcando angkau mangasiahi diri angkau sandiri." Salam kasih.Â
Bobby Steven. Penulis adalah pembelajar keagamaan dan bahasa. Dengan senang hati berdialog dan menerima saran di kolom komentar dan surel.