Kisah nyata pertobatan atau kesuksesan yang diraih dengan perjuangan tentu memiliki daya ubah yang dahsyat bagi pembacanya. Saya sendiri menimba hikmah tulisan berdaya ubah itu dari beberapa tulisan yang dibagikan di Kompasiana ini. Misalnya, tanpa mengerdilkan anggitan penulis lain, adalah tulisan rekan Levi William Sangi bertajuk Narkoba, Petani, dan Air Mata Mama (klik untuk membacanya).
Seandainya saudara-saudari kita yang terjerumus dalam narkoba membacanya, mungkin mereka akan tergerak hati untuk segera mencari jalan keluar dari adiksi.Â
Pula tulisan kritik santun terhadap pengambil kebijakan publik dan tulisan ajakan berbuat kebaikan tentu akan berdaya ubah.
Satu orang saja pembaca yang berubah setelah membaca tulisan kita adalah karunia.
Perubahan itu bisa saja berupa perubahan cara pandang dalam skala kecil atau perubahan hidup secara mendasar dalam wujud pertobatan.
3. Sumbangan bagi Pengetahuan dan Literasi
Mungkin kita kurang menyadari bahwa tulisan kita, sesederhana apa pun menjadi sumbangan bagi pengetahuan dan literasi. Setiap buku ber-ISBN dapat memperkaya khazanah perbukuan Indonesia.Â
Pula tulisan fiksi dan nonfiksi di blog pribadi maupun blog gotong-royong (user generated content) macam Kompasiana turut menyumbang gerakan literasi di tanah air.Â
Harga buku cetak masih relatif mahal. Masyarakat kalangan bawah dan di pelosok kesulitan mengakses perpustakaan dan atau mencetak naskah. Nah, atikel blog yang bisa dibaca secara daring dan nyaris gratis bisa jadi alternatif bahan bacaan masyarakat.
Sejumlah artikel di Kompasiana pun telah menjadi rujukan penulisan buku, jurnal, dan sebagainya. Apalagi jika tulisan itu langka dan ditulis dengan baik, nilainya tinggi dalam sumbangan bagi pengetahuan (populer).
Tanpa mengecilkan karya penulis lain, contohnya artikel ilmiah populer anggitan Mulyadi Djaya bertajuk Menelusuri Jejak Nenek Moyang Orang Papua ini.Â