Beberapa waktu lalu, saya mengulas sejarah kata karantina. Karantina berasal dari bahasa Venesia, quarantena yang artinya masa pemisahan awak kapal yang baru tiba dari daerah terdampak wabah selama 40 hari guna mencegah penularan.
Uniknya, angka 40 tersua dalam aneka agama dan budaya di dunia. Semua agama samawi atau abrahamik memuat 40 hari dalam kitab-kitab suci. Juga aneka budaya sejak zaman dulu sampai kiwari mengenal keistimewaan angka 40. Apa maknanya dan bagaimana bisa angka 40 begitu umum kita temui?
Tradisi Agama Samawi
Dalam aneka agama langit atau samawi, angka 40 menduduki peran penting. Beberapa contoh yang tersua dalam Taurat/Torah, Alkitab, dan Al Quran:
- Nabi Musa berjalan 40 tahun di gurun. Sang Nabi melewatkan waktu 40 hari di Gunung Sinai saat menerima 10 perintah Allah.
- Nabi Yunus berada dalam mulut ikan selama 40 hari.
- Yesus atau Isa berpuasa selama 40 hari ketika ia menghadapi godaan Iblis.
- Dalam Al Quran Surat Al-Ahqaf [ 46 ] : 15 disebutkan tentang usia 40 tahun.
Tradisi Hinduisme dan Sikhisme
Dalam agama Hindu, beberapa doa keagamaan populer terdiri dari empat puluh shoka atau doha (bait). Yang paling umum adalah Hanuman Chalisa (chaalis adalah istilah Hindi untuk 40).
Dalam sistem Hindu beberapa periode puasa populer terdiri dari 40 hari dan disebut periode Satu 'Mandala Kalam'. Kalam berarti suatu periode dan Mandala Kalam berarti periode 40 hari. Misalnya, para penyembah Swami Ayyappa, nama dewa Hindu yang sangat populer di Kerala, India (Sabarimala Swami Ayyappan) dengan ketat menaati 40 hari puasa.
Dalam Sikhisme, Anand Sahib, doa Sikh kelima dan terakhir setiap hari memiliki 40 paragraf. Paragraf ke-40 sering dibaca ketika mengakhiri upacara Sikh.
Secara kebahasaan, menurut pembelajar Alkitab, angka empat puluh kiranya bermakna "banyak". 4o hari berarti berhari-hari atau banyak hari.
Akan tetapi, beberapa teolog mengatakan bahwa angka 40 bisa diartikan sebagai "waktu pengujian dan pemurnian" atau periode "pembaruan".