"Nak, pulanglah. Nafas ayahmu telah payah,"Â
kata-kata itu meloncat ke luar layar
damai di hati jadi buyar
*
"Nak, tak usah ragu, pulanglah cepat!"Â
Rindu di hati sejatinya telah membuncah
Seisi hati tambah gelisah. Â Â Â Â Â
*
"Nak, lupakanlah yang sudah-sudah..."
Melupakan luka lama tidaklah mudah
juga saat yang melukaimu telah merendah. Â
*
"Nak, bagaimana pun kami orang tuamu,"
kata-kata itu merasuk dalam nubari
Kebenarannya tak dapat kusangkal lagi.
*
Langkahku akhirnya kuayun ke stasiun pusat kota
Kereta terakhir menuju kota kecilku di ujung sana
*
"Nak, engkau sampai di mana? Ayahmu baru saja tiada..."
Kata-kata yang tak kuharapkan itu datang di waktu yang salah.
Tetiba di jendela kereta kulihat bayang wajahmu, Ayah.Â
Engkau tersenyum bahagia dari alam barzah.Â
-medio Nov 19-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H