Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Berkat Kompasiana Berhasil Tembus Kompas dan Galang Solidaritas

26 Oktober 2019   10:32 Diperbarui: 26 Oktober 2019   10:43 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kolase kompasiana.com-kompas.com-pixabay.com

Waktu saya masih kecil, saya mulai tertarik membaca majalah dan tabloid anak-anak. Orang tua saya amat murah hati membelikan bahan bacaan bermutu bagi saya. 

Beranjak remaja, bacaan saya beralih ke koran lokal dan tabloid olah raga. Pada masa-masa dewasa muda, koran nasional dan majalah-majalah populer jadi santapan saya. 

Tentu saja, harian Kompas termasuk dalam surat kabar yang rutin saya baca. Pemberitaannya yang berimbang dan penyajiannya yang ciamik membuat saya senang.  

Artikel humaniora, opini, dan bahasa Kompas membuat saya puas membaca. Muncul impian di  hati kecil saya untuk suatu ketika mengirim tulisan ke Kompas, koran panutan surat kabar di Indonesia tercinta. Sulit memang. Akan tetapi, ungkapan bijak berkata, "Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit!"

Dari Luring ke Daring

Zaman beralih dari luring ke daring. Kompas pun membaca perubahan zaman ini dengan membuat aneka laman berita daring, misalnya Kompas.com. Kalau tak keliru ingat, dari Kompas.com ini lah saya mengenal Kompasiana dan akhirnya mulai ikut meramaikan blog keroyokan ini sejak awal tahun ini.

Saya sempat dan masih menulis artikel dan cerpen kerohanian di akun media sosial dan beberapa majalah kerohanian populer. Dunia blog yang serius baru saya kenal saat bergabung dengan Kompasiana, blog jurnalisme warga terbesar di Asia Tenggara.

Ada keasyikan dan kebahagiaan tersendiri saat boleh berbagi tulisan dan saling berkomentar dengan sesama Kompasianer. Uniknya, meski belum pernah bersua, rasanya sudah dapat banyak sahabat dan kerabat baru di sini. 

Beberapa Kompasianer bertukar nomor telepon dan mengajak saya berteman di medsos. Alamat surel saya memang saya pajang di profil Kompasiana. Fitur percakapan Kompasiana juga memudahkan kontak ini terjadi. Kompasiana sungguh menawarkan persahabatan dan persaudaraan daring dan luring yang tak garing! 

Lima Pengalaman Bikin Makin Sayang Kompasiana

Meski seumur jagung sebagai warga kampung digital Kompasiana, saya boleh mengalami pengalaman-pengalaman unik yang bikin saya makin sayang Kompasiana:

1. Jadi korban "stalking" para pembaca senyap

"Stalking" bermakna kurang-lebih "mengikuti tanpa ketahuan". Saya jadi korban yang dikuntit para pembaca senyap Kompasiana. Ibunda saya yang tukang jualan bercerita, "Eh, Nak tahu nggak, ada beberapa orang bilang pernah baca tulisanmu di Kompasiana."

"Siapa?" tanya saya. "Macam-macam. Dari pembeli, tetangga, sampai kenalan. Ada yang bilang sering baca tulisanmu," kata sang wanita terindah dalam hidup saya. 

Wah, jelek-jelek begini ada juga ya diam-diam rajin baca tulisan saya. Serasa bukan siapa-siapa tapi punya pengagum rahasia. Aduh, jadi tersandung, eh tersanjung...

Benar adanya. Jika kita cermati, sebagian pembaca Kompasiana adalah para pembaca sunyi di dalam dan luar Kompasiana. Ini alasan mengapa kita perlu makin sayang pada Kompasiana. 

2. Jadi korban plagiasi

Terkait dengan para penguntit atau pemuja rahasia, ternyata sebagian pembaca senyap Kompasiana adalah para jurnalis. 

Buktinya, salah satu tulisan saya sempat diplagiat sebuah jaringan koran daring ternama tanah air. Bukan hanya saya yang pernah jadi korban plagiasi. Ada setidaknya tiga kompasianer yang saya kenal juga pernah jadi sasaran plagiasi. 

Perasaan saya gado-gado gurih campur rendang: sedih tapi juga senang. Tapi lebih dominan senangnya karena artinya tulisan saya dianggap layak dijiplak :)

Kompasiana dan kompasianer patut bergembira juga karena tragedi ini jadi salah satu bukti bahwa Kompasiana dibaca para jurnalis profesional! Ini juga alasan mengapa kita wajib makin cinta pada Kompasiana.

3. Jadi pembimbing bagi "junior" yang lebih senior

Suatu ketika, seorang bapak yang usianya di atas saya meminta bimbingan menulis di Kompasiana. Kebetulan, saya memang suka menulis tips-tips menulis di Kompasiana. 

Saya bersyukur, berkat ketekunan si "junior" yang lebih senior ini dalam mengasah bakat menulis, ia berhasil meraih K-Rewards. Suatu pencapaian istimewa bagi pendatang baru. 

Sungguh, Kompasiana adalah rumah nyaman di mana perbedaan suku, agama, ras, usia, pandangan politik, selera makan, dan ukuran perut tak menjadi masalah...

4. Menembus Kompas

Kisah nyata saya ialah keberhasilan menembus Kompas berkat Kompasiana. Kok bisa? Saya belajar menyajikan artikel serius tapi santai di Kompasiana sehingga mutu tulisan saya meningkat hingga berhasil menembus Kompas. 

Akan tetapi, harus saya akui, sebagian besar ilmu saya dapat dengan membaca tulisan para sahabat Kompasianer yang hebat-hebat.

Menulis, membaca, dan berinteraksi di Kompasiana memang mempertajam intuisi menulis kita. Kita jadi tahu, artikel seperti apa yang disukai penyunting (admin), rekan penulis (kompasianer), dan pembaca umum.

Kriterianya adalah ABBIMU. Mau tahu? Sila simak tulisan ini.

Artikel saya untuk rubrik Bahasa yang bertajuk "Boneka (Bukan) dari India" dimuat Kompas 1 Oktober 2019. Apa istimewanya artikel itu dibanding tulisan saya di Kompasiana? Tidak ada. 

Saya menulisnya dengan gaya yang kurang lebih sama dengan yang selama ini saya terapkan di Kompasiana: gaya ilmiah tapi renyah. Nah, ini jadi alasan mengapa kita perlu makin sayang pada Kompasiana yang melatih kemampuan menulis kita.

5. Melampaui Ngeblog dan Galang Solidaritas

Semboyan  #BeyondBlogging bukan isapan jempol. Saya bersyukur bahwa berkat Kompasiana, saya mengenal banyak pribadi budiman yang lantas membantu saya dalam mengumpulkan donasi untuk seorang penyandang disabilitas, sebut saja "Putra".

Putra pernah tersiram air panas saat masih balita sehingga kakinya tak sempurna. Ia harus terbang bersama Mamanya dari Kalimantan Utara ke Sumatera Utara untuk mendapatkan pengobatan dari dokter tepercaya di sebuah klinik. 

Beberapa bulan lalu, saya menghubungi sejumlah Kompasianer melalui fitur percakapan guna mendapatkan nomor kontak pribadi untuk menyampaikan proposal donasi. Saat ini, Putra donasi sedang menjalani operasi di sebuah klinik di Sumatera Utara berkat bantuan sejumlah rekan Kompasianer dan donatur umum. 

Para donatur sengaja tidak saya sebutkan namanya di sini. Tuhan Yang Maha Esa kiranya membalas budi baik Anda sekalian untuk Putra. Sejatinya ia masih memerlukan bantuan untuk menuntaskan perawatannya hingga Maret 2020. 

Tambah lagi, Mamanya harus berbulan-bulan meninggalkan pekerjaannya sebagai pekerja di sebuah perkebunan di kampung asalnya demi mendampingi Putra.

Sungguh nyata semboyan melampaui ngeblog hingga kami dapat menjalin silaturahmi di dunia nyata  untuk membantu sesama yang memerlukan bantuan.  Saya tahu, hingga detik ini, selama sebelas tahun Kompasiana telah dan sedang memudahkan terjadinya silaturahmi antarpribadi dan komunitas orang-orang budiman sehingga dapat menggalang solidaritas bagi mereka yang miskin dan membutuhkan bantuan. 

Selamat ulang tahun ke-11

Dari hati terdalam, saya aturkan selamat ulang tahun ke-11. Untuk siapa? Bukan hanya untuk petinggi dan penggawa di markas Kompasiana. Selamat ulang tahun ke-11 untuk seluruh keluarga besar Kompasiana, rumah kita bersama.

Terima kasih patut kita sampaikan pada perintis dan "para pembuka jalan di hutan belantara" yang telah melahirkan dan merawat Kompasiana hingga ia jadi remaja simpatik di usianya yang kesebelas tahun.

Sebuah untaian pantun saya persembahkan untuk keluarga besar Kompasiana pada momen istimewa #11TahunKompasiana #BeyondBlogging :

Ikan tombro mirip combro berenang ke sini dan ke sana

Hai para jomlo dan mantan jomlo, yuk gabung Kompasiana

Si Aris jatuh cinta pada Neng Geulis 

Daripada cuma narsis, yuk mulai menulis

Ada yang mau membalas pantun ini? Tulis saja di kolom komentar! Hadiahnya penghapus ajaib dari Kompasiana. 

Penghapus segala kenangan pahit: gagal log-in, gagal dapat K-Rewards (yang banyak), dan terutama kenangan pahit tentang mantan yang tega meninggalkan pas lagi sayang-sayangnya...Eh...

Pesan sponsor bagi para jomlo: tiap admin Kompasiana itu jodoh idaman. Tulisan berantakan saja selalu dia perhatikan, apalagi kamu... ^_^.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun