Amat sulit membuka cakrawala pemikiran kita mengenai realita HIV/AIDS dan OHDA (Orang yang Hidup dengan HIV/AIDS). HIV/AIDS sering kita anggap sebagai suatu hukuman dari Tuhan atas perilaku seks bebas. Penderita HIV/AIDS kerap kita cap sebagai orang yang sedang dihukum Tuhan.Â
Memang benar, HIV/AIDS menular salah satunya melalui hubungan seksual dengan pengidapnya. Akan tetapi, cara penularan secara seksual ini toh tidak otomatis terjadi dalam konteks seks bebas, yang dilarang oleh agama-agama.Â
Kasus yang makin sering terjadi, istri tertular dari suami yang ternyata mengidap HIV/AIDS, entah karena si suami tertular dalam konteks seks tidak aman dengan pribadi pengidap AIDS atau karena penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi HIV. Apa dosa "si istri yang setia" dalam kasus ini? Apakah ia juga sedang dihukum Tuhan?
Anak-anak yang ia lahirkan melalui persalinan normal juga mungkin tertular HIV/AIDS. Apakah layak menghakimi bayi dan anak tak bersalah sebagai pendosa yang sedang dihukum Tuhan melalui penyakit yang mereka derita?Â
Penderita HIV/AIDS kerap menyembunyikan penyakit mereka karena takut dan malu dicap masyarakat sebagai orang-orang yang dihukum Tuhan. Akibatnya, mereka tidak berani berobat secara medis. Kalau tidak segera mengakses perawatan medis yang memadai, harapan hidup mereka makin pendek. Risiko menularkan HIV pada orang lain karena ketidaktahuan juga meningkat karena bisa jadi si penderita tidak tahu apa yang harus ia lakukan.
Asal HIV Tak Terkait "Dosa Seksual"
Sampai kini, asal-usul HIV masih menjadi pertanyaan yang sulit dicari jawaban pastinya oleh para ahli sekalipun. Laman avert.com mencatat, kasus HIV terverifikasi pertama adalah dari sampel darah yang diambil pada tahun 1959 dari seorang pria di Kinshasa, Republik Demokratik Kongo. Struktur HIV amat mirip dengan virus Simian Immunodeficiency Virus (SIV) yang menyerang sistem kekebalan monyet dan kera.
Skenario yang paling mungkin, SIV berpindah ke tubuh manusia yang berburu dan atau menyantap monyet dan kera yang terjangkit SIV. Virus SIV ini perlahan bermutasi sehingga dapat hidup dalam tubuh manusia. Jadi, kemungkinan besar, HIV muncul sebagai akibat kontak manusia dengan hewan buruan yang terjangkit SIV.Â
Secara ilmiah, hipotesis ini yang umum diterima. Tidak ada kaitan sama sekali antara kemunculan HIV dengan "dosa seksual" yang dilakukan manusia.Â
Agak sulit menyimpulkan bahwa Yang Ilahi sejak awal mula menghendaki adanya satu penyakit mematikan bernama HIV untuk menghukum manusia yang melakukan dosa seksual. Ingat, HIV baru menyebar luas mulai tahun 1960-an dan diduga muncul dari kontak manusia dengan hewan yang sakit SIV.Â
Pendapat bahwa HIV adalah hukuman dari Tuhan untuk manusia yang jahat karena melakukan dosa (seksual) juga dapat dengan mudah dipatahkan dengan fakta bahwa tidak semua pemraktik seks bebas terjangkit HIV. Tidak semua pecandu narkoba yang menggunakan jarum suntik terjangkit HIV.Â