Ketika saya bertugas di sebuah kota di Jawa Tengah, seorang istri anggota Detasemen Khusus Antiteror sempat berkisah pada mengenai pengorbanan suaminya. Singkat cerita, sang suami sering bertugas sampai lembur demi menjaga keamanan sebuah lokasi yang rawan disusupi teroris.Â
Wilayah itu adalah sebuah perbatasan dua kabupaten yang tak jauh dari kota yang selama ini dikenal sebagai kota rawan terorisme. Sebagian besar wilayah perbatasan itu memang hutan lebat. Lokasi ideal bagi jaringan teroris untuk melakukan pelatihan atau melarikan diri.
Karena sering kerja ekstra, sang suami amat sulit menentukan waktu untuk kumpul bersama keluarga. Waktu senggang bersama orang-orang tersayang tak bisa dirancang karena bisa saja sewaktu-waktu sang abdi negara harus memantau perkembangan situasi yang tetiba genting.Â
Itulah risiko tugas seorang anggota Densus 88. Itulah pula pengorbanan istri dan anak-anak anggota Densus Antiteror.Â
Momen istimewa seperti Lebaran bukan otomatis liburan bagi para abdi negara. Justru di saat perayaan hari raya dan saat ada konsentrasi massa, polisi dan TNI harus selalu waspada.
Baru-baru ini kembali kita dikejutkan dengan peristiwa ledakan yang diduga bom di pos polisi di Tugu Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah, Senin (3/6/2019) malam.
Membaca berita itu, saya teringat kisah pengorbanan anggota Densus yang dikisahkan oleh istrinya pada saya. Sungguh, menjadi polisi suatu tugas mulia yang penuh risiko.Â
Mari kita bantu polisi kita dalam menjaga keamanan jelang hari raya Idulfitri tahun ini. Beban kerja polisi kita jelang Lebaran sungguh amat berat. Mengatur agar arus mudik dan arus balik nanti dapat berjalan lancar sekaligus menjaga agar tindakan kriminal dapat dicegah dan ditangani.
Berikut cara-cara sederhana yang bisa kita lakukan untuk mendukung aparat keamanan kita:
1. Jangan buat masalah yang tidak perlu di jalan yang bisa merepotkan anggota kepolisian. Pastikan kendaraan yang kita pakai untuk mudik dalam kondisi prima. Surat-surat kendaraan dan identitas diri serta SIM harus kita bawa serta.