Menurut Menko Polhutkam, langkah ini ditempuh untuk membatasi penyebaranberita bohong yang berpotensi memperkeruh situasi.
Akibat pembatasan ini, celakanya, aktivitas perekonomian via jual-beli daring dan urusan pekerjaan jadi terganggu.Â
Korban Tewas Sudah Terlalu Banyak, Hentikan Kebodohan Ini
Satu korban tewas saja sudah terlalu banyak, apalagi enam. Untuk memperjuangkan apa dan siapa?Â
Sayangnya, ada begitu banyak kepentingan berkelindan dalam ribut-ribut massal 22 Mei lalu. Amat sulit mengurai siapa yang bertanggung jawab atas segala kerusuhan dan kerugian jiwa serta ekonomi akibat demo rusuh itu.
Pihak Polri menengarai, aksi ini ditunggangi pihak-pihak yang ingin mengacaukan negeri. Lebih negeri lagi, demo 22 Mei disinyalir dimanfaatkan kelompok teroris untuk merongrong kedaulatan negara.
Pihak aparat keamanan juga mengatakan, ada upaya penyelundupan senjata api yang sedianya ditembakkan ke pejabat, aparat, dan warga untuk menjatuhkan kredibilitas pihak keamanan dan mengadu pihak keamanan dengan warga.
Simpang-siur penyebab kematian para korban tewas. Rumah sakit mengatakan, korban tewas dengan alasan tidak wajar dan perlu otopsi.
Keluarga menolak otopsi. Kabar yang beredar, ada korban tewas karena peluru tajam.
Namun, kepolisian mengatakan tidak mempersenjatai petugas di lapangan dengan senjata api berpeluru tajam.
Sungguh, dalam peristiwa kerusuhan semacam ini, klaim satu pihak dibantah pihak lain hingga publik tak bisa tahu pasti apa yang sejatinya sednag terjadi.