Sebuah surat tulisan tangan seorang remaja putri yang saat itu berusia 14 tahun menggoncang kesadaran kita. Surat itu berkisah demikian:
"Saya Faye Simanjuntak. Motto hidup saya adalah 'Melayani Tuhan dengan menghargai dan menolong sesama.'
Saat ini saya dan Ibu saya membangun sebuah rumah yang bernama Rumah Faye. Di 'rumah' ini, kami menampung anak-anak yang menjadi korban perdagangan, diculik lalu diperjualbelikan.
Rumah Faye memiliki misi akan adanya dunia dimana setiap anak memiliki hak untuk hidup, mendapatkan perlindungan, bertumbuh kembang, dan berpartisipasi..."
Berawal dari kunjungan ke panti asuhan
Dalam sebuah video, Faye mengisahkan awal-mula ketertarikannya pada dunia anak-anak. Ibu dan bapaknya mengajaknya pada akhir pekan untuk mengunjungi panti asuhan. Ayah Faye adalah Maruli Simanjuntak, yang pernah bertugas sebagai Wakil Komandan Paspampres pada 2014 hingga 2016.Â
Berkarier di dunia militer sejak 1992, Brigjen Maruli Simanjuntak dikenal memiliki karier yang cukup cemerlang. Maruli Simanjuntak juga pernah berkiprah di bidang olahraga dengan menjadi atlet judo nasional
Sebagai anggota TNI, Maruli Simanjuntak juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial. Maruli kerap mengunjungi desa-desa terpencil di kawasan Surakarta untuk melihat dan mendengar langsung keluhan warga. Rupanya, Maruli dan istri giat memperkenalkan Faye dengan problematika masyarakat.Â
Awalnya, Faye merasa malas. Ia tak mengerti mengapa orangtuanya justru membawanya berkunjung ke panti asuhan. Akan tetapi, Faye mau juga diajak ke panti asuhan.
Ia berjumpa dengan anak-anak yang berhasil diselamatkan dari penculikan. Sepulang dari kunjungan ke panti asuhan, Faye mulai mencari informasi tentang perdagangan anak (child trafficking) di internet.Â
Ia terkejut melihat tingginya angka perdagangan anak di Indonesia. Tiap tahun, ada 150 ribu anak-anak di Indonesia terperangkap dalam jerat perdagangan anak.Â