Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengapa Harus Cemas Lihat Simbol Agama Lain?

18 Januari 2019   16:48 Diperbarui: 22 Januari 2019   11:46 1558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah organisasi kemasyarakatan menggelar demo di kantor Balai Kota Surakarta (18 Januari 2019). Aksi ini dipicu oleh pemasangan ornamen di Jalan Jenderal Sudirman di depan balai kota yang dianggap mirip salib.

Juru bicara ormas tersebut menyebut, selama beberapa hari masyarakat tidak melihat hal yang menonjol dari proyek yang baru setengah jadi itu. Tapi setelah difoto dari udara, terdapat simbol yang berbentuk mirip salib. 

Simbol itu muncul melalui penataan paving berwarna di sekitar Tugu Pamandengan. "Kami menuntut agar pembangunan yang dilakukan jangan sampai menimbulkan polemik," katanya. Dia meminta pemerintah mengganti ornamen warna jalan itu sehingga tidak menimbulkan keresahan bagi masyarakat.

Taufan Basuki, pejabat pembuat komitmen proyek tersebut, berharap masyarakat tidak salah persepsi dalam melihat desain ornamen itu. "Harus melihat keseluruhan desain," katanya. 

Menurutnya, kesan bentuk mirip salib itu muncul lantaran proyek belum selesai secara keseluruhan. Menurut Taufan, pihaknya mendesain sebuah simbol mata angin melalui ornamen itu. "Terinspirasi dari filosofi kerajaan Islam Keraton Kasunanan Surakarta yang membentang dari Bangsal Pagelaran hingga Tugu Pamandengan," katanya seperti dilansir berita ini.

Peristiwa demo tolak "salib" di depan Balai Kota Solo ini mengingatkan kita akan kejadian intoleransi yang terjadi akhir-akhir ini. Pertama, insiden pemotongan nisan salib di pemakaman umum Jambon, Kotagede, Yogyakarta, hingga hanya berbentuk "T" Desember 2018 lalu. Kedua, perusakan makam nasrani dan muslim di Magelang awal Januari 2019.

Sesat Pikir 

Para pemrakarsa gerakan intoleran umumnya menggiring khalayak dengan sesat pikir ini: Yang lain adalah ancaman. Yang berbeda harus dienyahkan. Yang tidak seagama dan sealiran adalah sesat. Simbol agama lain mengancam imanku.

Pertanyaan untuk direnungkan ialah apakah dengan melihat simbol agama lain, iman seseorang menjadi goyah? Tentu tidak. Bukankah iman yang sejati itu adalah api interior yang tetap bernyala meski di luar sana angin kuat menerpa? Biarpun Anda melihat jutaan simbol agama lain, sepanjang iman Anda kokoh, tak akan bisa merobohkan iman Anda.

Mirisnya lagi adalah bahwa terjadi penggiringan opini, seperti yang terjadi dalam kasus terbaru di Balai Kota Solo. Ornamen yang tampak dari atas disamakan dengan salib. Padahal, pengelola sendiri mengatakan bahwa ada filosofi yang justru tidak ada kaitannya dengan salib. Lagipula, proyek itu belum jadi!

Saya cemas, saudara-saudari kita yang picik pemikirannya ini lupa bahwa bentuk salib itu ada bermacam-macam. Coba lihat gambar di bawah ini:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun