Mohon tunggu...
bob bob
bob bob Mohon Tunggu... -

only a guy

Selanjutnya

Tutup

Money

Dibohongi Pesta Discount

16 Maret 2010   06:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:24 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_94852" align="alignleft" width="224" caption="Ilustrasi"][/caption] Memiliki barang mahal indentik dengan memiliki barang yang bergengsi. Dengan bangga seseorang menyebut berapa harga sepatunya yang mahal, jangan tanya mutunya, past tidak dapat menjelaskan karena barang itu baru dibeli. Sifat masyarakat Indonesia yang masih bergengsi dengan harga mahal ini sangat dipahami sekali oleh para pedagang yang marak menggelar pesta discount barang import belakangan ini. Tidak ada yang mau merugi didalam orang melakukan bisnis termasuk bisnis perdagangan barang import. Memproduksi barang tentunya akan lebih sulit berhitung agar harga produknya dapat diterima, trading secara tehnis memang lebih mudah karena sudah memiliki perhitungan dasar. Perhitungan harga dasar yang dibandrol oleh produsen memang merupakan harga yang tertekan karena keuntungan yang diperoleh sifatnya bukan karena faktor spekulasi.  Produksi dalam negeri mestinya akan lebih murah karena terpangkasnya distribusi tetapi kurang diminati akibat rasa gengsi masyarakat indonesia itu. Sebaliknya harga barang import akan melangit tetapi tetap diminati karena faktor gengsi itu. Sifat masyarakat itu dimanfaatkan secara baik oleh para pedagang barang import terbukti telah menyedot perhatian pembeli yang berduyun datang menyerbu  barang import yang ditawarkan. Tidak pusing harus berdesak dan rebutan karena pikiran sudah terpenuhi imej harga murah tetapi bergengsi. Padahal jika kita mengetahui trik pedagang memberlakukan harga, kita akan geleng2 kepala melihat kebodohan bangsa ini akibat dari pengaruh rasa gengsi itu. Mungkin karena otak gengsi ini sudah begitu melekat, orang yang berpendidikanpun bisa terpedaya oleh trik para pedagang itu. Barang import yang dibandrol dengan harga mahal, dapat terjual karena faktor gengsi ini telah mendatangkan keuntungan yang luar biasa. Dengan perkiraan penjualan sudah mencapai 50 % saja, target keuntungan sudah diraih. Sisa barang inilah yang dijual dengan harga discount sampai 70 %, padahal inilah harga yang wajar. Harga yang wajar terkesan sangat murah karena sebelumnya para pedagang itu telah memark up harga jual hingga 3 kali lipatnya. Cuci gudang, begitulah istilah yang sering kita dengar, melempar harga wajar itu langsung diserbu karena dianggap sangat murah walaupun masih lebih mahal dari produk lokal tetapi tetap bergengsi. Cara pedagang tersebut dengan strategi bermain harga sebetulnya bukan rahasia lagi, tetapi gengsi itu yang membuat masyarakat tidak mau ambil pusing dengan trik yang sesungguhnya merugikan dirinya. Bagi pedagang, berapapun harga yang diterapkan sepanjang diterima oleh pembeli itu dalah harga yang sah. Seperti dapat kita jumpai dalam cara tawar menawar di pasar senen jakrata, pedagang menawarkan harga dan kita menawar harga seperempatnya, tawar menawar umumnya maksimum harga yang disepakati adalah 50 % persen dari harga yang ditawarkan semula. Mungkin juga perlulah lembaga perlindungan konsumen untuk lebih perhatian dalam masalah penjualan model discount yang menjebak itu. Pedagang tidak dapat disalahkan, mereka hanyalah menerapkan cara penjualan untuk mendapatkan target keuntungan yang diinginkan. Jika hal ini terus berlangsung, mungkin industri dalam negeri akhirnya banyak yang gulung tikar karena faktor gengsi itu.  Cinta produksi dalam negeri memang sering didengungkan tetapi dengan membanjirnya produk import, sikap masyarakat tampaknya tidak berubah, pesta discount itu masih mampu mengelabui bangsa kita, produk sendiri dicibirkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun