Mohon tunggu...
Muhardis
Muhardis Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Lelaki biasa yang selalu ingin berusaha menjadi luar biasa.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sarkasme Vs Ironisme dalam Lirik Lagu "Pantun Janda"

7 Juni 2023   08:25 Diperbarui: 7 Juni 2023   08:44 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Janda mana, janda mana yang tuan senangi? Janda yang putih rambutnya panjang".
Kita tentu tidak asing dengan penggalan lirik lagu tersebut, bukan? Lirik tersebut diambil dari lagu yang berjudul "Pantun Janda". Banyak versi yang ditampilkan youtube bila kita mengetikkan kata kunci tersebut.


Lantas, apa pentingnya lirik tersebut untuk dibicarakan?
Sangat penting bila kita kaitkan dengan konteks impikatur dalam kajian Pragmatik.
Sederhananya, Yule dalam bukunya The Study of Language (2006) mendefinisikan implikatur sebagai makna tersembunyi atau simpulan logis dalam ucapan yang diinterpretasikan oleh pendengar meskipun tidak secara eksplisit dinyatakan oleh pembicara. Implikatur seringkali terbentuk dari konteks, kebiasaan, atau asumsi yang terdapat dalam suatu situasi.

Lalu, apa makna tersembunyinya?
Janda sebagai komoditas andalan. Sarkasme bukan? Biasanya, perempuan secara umum dianggap menempati posisi subordinat dalam hubungannya dengan lawan jenis. Lelaki dinomorsatukan. Namun dalam konteks ini, janda menempati posisi superordinat. Dari siapa? Dari gadis. Janda ibarat 'benda niaga yang menjadi daya tarik utama' (KBBI V).
Diksi "senangi" pada lirik tersebut mengimplikasikan bahwa seseorang dengan status janda lebih dicari daripada gadis. Mengapa? 

Lirik berikutnya menjawab pertanyaan kita, "lihat janda kayak perawan".
Hal yang sudah tidak dipunyai seorang janda dibandingkan para gadis adalah keperawanan. Hal ini tidak berlaku bagi mereka yang janda sesaat setelah akad nikah.
Janda kayak perawan makin mempertegas implikatur superordinat. Meskipun sudah janda, "nilai"nya masih seperti anak gadis. Di sisi lain, lirik ini boleh saja menyindir para gadis yang tidak menghargai dirinya sendiri dengan tidak bisa menjaga keperawanan. Banyak sinetron Indonesia yang mengejewantahkannya.

Berikutnya, apakah semua janda menjadi komoditas andalan? 

Lirik mempertegas dengan, "kurus mikirin si janda muda".  Ya, hanya janda muda. KBBI mendefinisikan janda muda sebagai janda yang usianya masih muda.
Bagaimana dengan janda yang tak lagi muda? Lirik kembali menjawabnya, "ada janda mati lakinya, mau dilamar banyak anaknya". Janda tersebut sepertinya tidak terkategori sebagai janda yang di-senangi. Bukan komoditas andalan.

Lebih luas, apa yang ingin disasar lagu "Pantun Janda"?
Masih terdapat subordinat yang seolah merendahkan perempuan, baik gadis maupun janda. Masih saja menjadi incaran kaum lelaki, diibaratkan komoditas. Hanya laki-laki yang berhak memilah dan memilih. Bahkan lagu dangut lawas pun masih relevan, kau masih gadis atau sudah janda? Implikasinya, laki-laki masih mengutamakan ke-gadisan saat mencari pasangan hidup. Ada juga sebagian lelaki yang tidak mempermasalahkannya dengan syarat: banyak hartanya.

Apa indikator umum kebahagiaan? 

Banyak harta. Ya, lirik "ada janda bodinya mantap, hutangnya menumpuk". Selain bodi, harta juga menjadi pertimbangan bagi lelaki dalam memilih pasangan. Tidak jarang harta mengalahkan bodi. Harta bisa mengubah bodi berbantuan teknologi.
"Semenjak janda pandai cari duit, banyak gadis yang gulung tikar". Lirik mengimplikasikan janda berduit masih disenangi. Implikasi bagi para gadis, kegadisan belum cukup untuk menjadi syarat di-pilih laki-laki. Anda juga harus pintar mencari duit.
Lagu ini memang menjadi viral karena liriknya yang jenaka dan musiknya yang riang. Namun, implikasinya sangat dalam bila benar-benar dicermati.


Apakah ada implikasinya terhadap laki-laki? 

Ada. Lirik seolah-olah diperuntukan bagi perempuan, padahal bisa juga berimplikasi sindiran bagi laki-laki.
Lirik menyindir laki-laki yang hanya mau senangnya saja dalam mencari pasangan hidup. Lelaki tidak mempermasalahkan apakah perempuan berstatus gadis atau sudah janda, berbodi bagus atau tidak, asalkan berharta atau memiliki pekerjaan yang menghasilkan uang. 

Ini tentunya menyalahi kodratnya perempuan sebagai tulang rusuk, bukan tulang punggung!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun