Mohon tunggu...
boa falakhi
boa falakhi Mohon Tunggu... Administrasi - Cakrawala di atas awan

Analis Kebijakan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Popularitas dan Elektabilitas pada Ajang Pilkada Serentak Tahun 2018 dan Menjelang Pilpres Tahun 2019

28 Maret 2018   19:33 Diperbarui: 28 Maret 2018   19:45 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Memasuki tahun 2018, dimana hampir seluruh penjuru daerah akan melakukan pilkada secara serentak di 171 daerah di Indonesia yang menjadi salah satu bagian dari pesta demokrasi atas pesta politik lima tahunan, dan juga menjelang tahun 2019 akan diselenggarakan pemilihan presiden dan wakil presiden.

Dari jenis-jenis pemilu ini yang pelaksanaannya dalam hitungan bulan saja, akan tetapi suhu politik sudah mulai terasa dan meramban ke dalam masyarakat luas. Selain dinamika politik kepala daerah tahun 2018 yang mulai tinggi juga dibarengi dengan dinamika politik pemilihan presiden dan wakil presiden tahun 2019 mendatang, yang waktunya masih cukup lama lagi, tetapi sudah terlihat dan terasa suasana pesta demokasi dan dinamika politiknya.

 Suhu politik di tahun 2018 dan menjelang tahun 2019 mendatang sudah terasa mulai menghangat dan kegiatan politik sudah mulai menggeliat di berbagai penjuru daerah. Baik di kalangan masyarakat atas atau kelompok-kelompok elit maupun masyarakat bawah pun Pilpres 2019 selain pilkada serentak tahun 2018 ini sudah menjadi konsumsi sehari-hari, menjadi bahan pembicaraan/perdebatan atau obrolan politik di warung-warung kopi, dan di tempat lainnya yang biasanya masyarakat suka berkumpul.

Lebih dinamis lagi adalah para aktor politik atau elit politik, mulai dari pimpinan dan pengurus partai politik sudah ada yang berani mengusung calonnya sendiri dan berkolaborasi dengan partai politik lainnya.

Sementara di sisi lain, partai politik lainnya yang belum menentukan dan memiliki capres dan cawapres masih melakukan manuver politik lintas partai, konvensi, mencari koalisi, dan lainnya dalam menentukan pilihan, sekaligus memberikan dukungan untuk capres dan cawapres yang betul-betul memiliki citra baik, popularitas dan elektabilitas yang tinggi. Dari berbagai kegiatan politik yang mereka lakukan merupakan suatu gambaran dinamika politik yang tinggi. Sehingga dapat menunjang peningkatan kualitas demokratisasi yang semakin baik dalam berpolitik dengan tetap menjaga ke-bhinekatunggalika-an, dan diharapkan jauh dari konflik politik.

Popularitas dan Elektabilitas

Popularitas dan elektabilitas merupakan dua hal yang sangat berbeda akan tetapi saling berhubungan dan saling mendukung. Sesuatu yang dikatakan memiliki popularitas yang tinggi belum tentu memiliki elektabilitas yang tinggi. Popularitas adalah tingkat keterkenalan atau ketenaran di mata publik. Meskipun sudah populer atau tenar belum tentu layak untuk dipilih. Sebaliknya, meskipun sudah memiliki elektabilitas yang bagus sehingga layak untuk dipilih tapi karena tidak diketahui publik, maka rakyat tidak memilih kandidat tersebut.

Elektabilitas adalah tingkat keterpilihan yang disesuaikan dengan kriteria pilihan. Elektabilitas juga dapat diterapkan kepada barang, maupun orang, lembaga, atau partai. Elektabilitas sering menjadi pembicaraaan menjelang pilkada maupun pilpres. Elektabilitas partai berarti tingkat keterpilihan partai politik di publik. Elektabilitas partai tinggi berarti partai tersebut memiliki daya pilih yang tinggi. Untuk meningkatkan elektabilitas maka obyek elektabilitas harus memenuhi kriteria keterpilihan dan juga populer.

Dengan demikian, seseorang dapat menyandang popularitas yang berarti memiliki tingkat keterkenalan di mata masyarakat karena profesi yang dimilikinya, serta didukung dengan sering munculnya di permukaan umum melalui media massa, media cetak, televisi, internet, dan sebagainya. Begitu pula popularitas dalam bidang politik, seperti menjadi pimpinan partai politik, pejabat legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Mereka dalam memperoleh popularitas di mata publik tidak dalam waktu yang singkat, tetapi dengan usaha dan perjuangan yang cukup lama. Yang membedakan mereka dalam memperoleh popularitas adalah profesi (keahliannya) masing-masing.

Popularitas itu penting, karena dapat digunakan sebagai modal awal untuk memudahkan dalam memperoleh elektabilitas, bahkan ada yang mengatakan bahwa seorang kandidat presiden umpamanya, sudah memiliki popularitas yang kemungkinan besar dapat memperoleh elektabilitas yang tinggi. Akan tetapi, di kalangan masyarakat ada yang pro dan ada yang kontra pada masing-masing kandidat yang telah memiliki popularitas dan elektabilitas yang bagus.

Demikian halnya untuk mendongkrak popularitas dan elektabilitas dapat dioptimalkan melalui iklan politik, baik itu di media massa, media cetak, media sosial,majalah, internet, dan sebagainya. Jika hal ini dapat dikemas dengan baik, maka pengaruhnya sangat besar terhadap popularitas maupun elektabilitas atau kedua-duanya secara bersamaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun