Mohon tunggu...
boa falakhi
boa falakhi Mohon Tunggu... Administrasi - Cakrawala di atas awan

Analis Kebijakan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Agama sebagai Energi Pembebasan

1 April 2018   17:12 Diperbarui: 1 April 2018   17:50 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejarah peradaban merupakan sejarah pergulatan untuk mewujudkan makna terdalam kebebasan. Dalam konteks ini, kebebasan yang dari berbagai halangan.

Misalnya, dari kungkungan determinasi alam ataupun kendala-kendala manusia yang belum menunjukkan makna terdalam atau kualitas sesungguhnya dari segala upaya manusia itu sendiri.

Kemudian timbullah pertanyaan mendasar yaitu bebas untuk apa? Jawaban dari pertanyaan inilah yang menelitik letak makna dan mutu kebebasan itu sendiri. Pada titik ini umumnya bebas diasumsikan sebagai kebebasan untuk membangun masyarakat yang lebih manusiawi atau yang lebih sesuai dengan keluruhan martabat kemanusiaan.

Agama adalah sumber energi dahsyat yang mampu membebaskan manusia menuju tingkat martabat kemanusiaannya ke tingkat yang paling tinggi. Asumsi ini mengandung arti dari suatu defisini tertentu tentang agama dan Tuhan.

Agama pada dasarnya bersifat multi-faset dan kompleks. Agama biasanya dilihat sebagai sebuah aktivitas dari atas ke bawah, yaitu sebagai pewahyuan dari Tuhan kepada umat manusia, akan tetapi ada yang beranggapan bahwa suatu aktivitas yang bersifat terbalik yakni dari manusia menuju Tuhan.

Agama juga dapat dilihat dari dua sisi, yakni agama memang merupakan God's search for man, namun jika dilihat dari sisi fenomenologis yakni agama dilihat sebagaiMan's search for God, yang memiliki arti yaitu kemanusiaan yang mencari kepenuhan martabatnya dalam Tuhan.

Dalam sisi kedua, Tuhan dipandang sebagai sumber keutuhan, kreativitas dan keberartian terdalam bagi manusia, meskipin di sisi lain Ia memang juga mengatasi segala konteks kemanusiaan dengan arti lainnya Dia adalah Dia sendiri yang tidak pernah persis dapat kita ketahui dan mengatasi segala kategori kebahasaaan manusiawi. Lebih tepatnya, Tuhan adalah suatu sosok yang imanen sekaligus transenden.

Agama sebagai energi pembebasan adalahideal normatif dan tidak merupakan kenyataan yang real. Dalam kenyataan realnya, agama merupakan sumber aneka belenggu ketimbang sumber pembebasan.

Dilihat dari masa lalu pun menyatakan bahwa kenyataan peradaban-peradaban besar memang lahir dari agama-agama besar yang sebetulnya sudah menunjukkan bahwa terdapat interaksi ketat antara agama dan situasi zaman yang berubah-ubah. Dari sejarah masa lalu itu amat nyata bahwa agama itu sendiri bukan merupakan suatu sistem nilai sedemikian tetap, ketat dan kaku, kendati demikian tentu ada pulan unsur-unsur dasar yang tetap.

Sebaliknya, sejarah menunjukkan kemampuan adaptasi dan trasnformasi yang canggih dari agama-agama dalam menghadapi tantangan-tantangan zaman, sekaligus memperlihatkan bobot nilai-nilai universal yang dikandung oleh agama-agama tersebut. Nilai universalitas dari agama-agama itu diujinya memang melalui interaksi kritis timbal balik antara cognitive framworks sistem-sistem keagamaan dengan cognitive frameworks setiap zaman.

Kritik Terhadap Agama

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun