Mohon tunggu...
boa falakhi
boa falakhi Mohon Tunggu... Administrasi - Cakrawala di atas awan

Analis Kebijakan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Agama sebagai Energi Pembebasan

1 April 2018   17:12 Diperbarui: 1 April 2018   17:50 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia modern cenderung jatuh menjadi narsistis, tidak mampu hidup bersama dengan orang lain, yang pada akhirnya tidak mampu mencapai kepenuhan identitasnya sendiri secara matang. Aktualisasi diri menjadi boomerang dan penghancuran diri. Aktualisasi diri dan kematangan identitas yang sehat hanya dapat diraih jika keluar dari kesempitan ruang privat sang ego.

Pada titik ini, agama dapat berpeluang sangat besar untuk menggunakan kekuatan persuasifnya dalam membongkar benteng egoisme dan narsisme, serta dapat menghubungkan individu dengan individu lainnya dalam ikatan komitmen untuk menaruh perhatian terhadap sesama dan tidak terlalu egois pada diri sendiri.

Materialistik

Hal pokok yang diekplorasi, diolah dan diproduksi secara besar-besaran oleh dunia modern adalah materi. Dunia modern telah berhasil menciptakan dunia kenikmatan material yang fantastis dan seolah-olah manusia dibuat selalu bergantung olehnya. Bersama dunia pasar, dan industri yang telah berkemang dengan pesatnya telah menciptakan kegialaan terhadap kenikmatan material yang semakin susah untuk dikendalikan. Orang-orang pun terbius total olehnya: orang bekerja habis-habisan, akhirnya hanya untuk dapat membeli komoditi material dan menumpuknya bahkan mungkin tidak sempat lagi untuk menikmatinya. Kebutuhan akan makna tergilas oleh kebutuhan akan benda yang kian tidak terkendalikan lagi. Manusia yang lebih manusiawi sekarang ini seakan identik dengan memiliki lebih banyak harta benda. Kegelisahan yang hakiki dari jiwa manusia sekarang hanya terfokus pada pencaran ketentramannya melalui alam benda. Manusia modern cenderung menjadi budak pasar dan industri.

Perasaan menjadi bagian dari kesatuan kosmis yang lebih luas, dan komitmen terhadap tujuan-tujuan ideal besar yang adalah merupakankebutuhan dasar manusia.

Hanya dengan itulah hidup manusia dapat menemukan makna terdalamnya dan kegelisahan yang hakiki untuk menemukan ketentramannya. Kebutuhan dasar manusia tidak bisa dipenuhi hanya dengan aneka kenikmatan fisik ataupun tumpukan barang-barang mewah, tidak pula dengan ideologi politik yang sempit. Hal ini hanya akan terpenuhi melalui nilai ideal yang berskala universal, kosmis, bahkan metafisis. Dengan kata lain, agamalah yang sebetulnya paling mampu memenuhi kebutuhan dasar manusia tersebut.

Harapan Bagi Masa Depan

Kita telah dihadapkan dengan lingkaran kritik timbal balik antara agama dan paradigma modern. Secara ringkas, agama memiliki peluang untuk menghancurkan benteng narsisisme paradigma modern sambil menawarkan struktur makna yang berwawasan transhistoris, kosmis, dan etis-metafisis.

Di sisi lain reflektivitas kritis modern sebenarnya berpeluang juga untuk menggali keluhuran nilai-nilai keagamaan dan dengan itu dapat memurnikan pula hakekat dan peran fundamental dari agama dalam perjalanan peradaban manusia.

Dialetika interaksi kritis mempermasalahkan perkara basic trust terhadap kehidupan dan alam semesta serta upaya manusia dalam menjalankan evolusi peradabannya. Setiap manusia sebetulnya memiliki basic trust atau kepercayaan dasar tertentu terhadap lingkungan semesta kehidupnya.

Sistem-sistem keagamaan dapat dipandang sebagai sistem-sistem untuk merumuskan, menata, dan mengembangkan naluri alam bawah sadar terhadap nilai-nilai kehidupan. Melalui sistem-sistem keagamaan ini idelanya kepercayaan dasar akan naluri terhadap kebaikan dapat berkembang menjadi upaya-upaya dalam mewujudkan potensi-potensi kemanusaiaan secara optimal yang sesuai dengan keluhuran martabat manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun