Mohon tunggu...
Banu Ttk
Banu Ttk Mohon Tunggu... pegawai negeri -

menjemput sukses

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tanah Kusir

25 April 2011   17:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:24 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13037514111579137961

Alkisah, di jaman penjajahan Belanda, tinggalah seorang Menir tuan tanah Belanda bernama Van Der Buluck yang kaya raya.

Sang Menir akhir-akhir ini gelisah, mengingat usianya yang makin tua, namun anaknya yang semata wayang belum juga ada tanda-tanda akan memperkenalkan calon suami yang bisa diandalkan untuk menggantikan dirinya mengolah tanah perkebunan kelak.

Suatu sore, dipanggil lah istri dan anaknya, dia bermaksud menyampaikan kegelisahan hati pada kedua orang yang dicintainya ini..

"Mami, tidak kah kau merasa hidup ini belum lengkap?"

Sang istri yang belum faham maksud pertanyaan itu hanya memandang Meneer Van Buluck terheran-heran,

"Apa maksud pertanyaan Papi ? Mami kurang faham.."

Menir Buluck merenung, lalu dia pandangi wajah anak semata wayangnya, Della Annabae.

"Begini mami, anak kita sekarang sudah dewasa, sudah waktunya dia memilih calon suami.. Saya merindukan menimang cucu darinya, saya bermaksud untuk mencarikan calon suami untuk si Della Annabae, mami.."

Nyonya Van Der Buluck senang mendengar keinginan suaminya tersebut,

"Baiklah papi, coba tanya apakah Della bersedia?"

Della Annabae yang mendengar namanya disebut, langsung merona merah pipinya.

Tersiarlah kabar ke seluruh pelosok daerah, bahwa Sang Menir telah mengumumkan sayembara..

"Kepada seluruh laki-laki yang berumur dewasa, siapapun yang bisa mempersembahkan buah kesukaan Della Annabae, maka dia boleh mempersunting Della Annabae sebagai istrinya."

sayembara... sayembara

********

Di satu sudut perkebunan milik Van Der Buluck, saat matahari baru saja tegak berdiri, Kopral Banu Van Persie kewalahan menahan panas yang menyengat dan baju seragam kompeninya yang kumal, dikipas-kipaskannya topi ke arah wajahnya, matanya tertuju pada seorang laki-laki yang juga sedang berteduh dibawah rimbun pohon pisang..

"Hey kamu, cepat kemari!" Laki-laki itu tergopoh-gopoh menghampiri,

"Ane tuan.. ane salah apa tuan?”

dan Banu Van Persie tergelak, keringat yang mengucur deras tak mengurangi rasa geli mendengar jawaban laki-laki itu yang penuh ketakutan.

"Kamu salah, Saya hanya ingin bertanya, kira-kira apa buah kesukaan putri Van Der Bulluck? Bukankah kamu pernah ke rumah Menir mengantarkan banyak hasil panen minggu lalu?"

"iyee tuan.. waktu itu ane antar setandan pisang dan ane melihat noni Della kegirangan.."

Mendengar keterangan lelaki tua itu, Banu Van Persie manggut-manggut mendapat ide, pikirannya melayang pada luasnya tanah perkebunan yang akan menjadi miliknya bila dia bisa membawa setandan pisang itu untuk Della Annabae, keringat yang membanjiri seluruh tubuhnya bahkan sampai celana tidak lagi terasa menyiksanya, hatinya diliputi kegirangan yang luar biasa.

BvP

*****

Tak jauh dari tempat percakapan tadi seorang laki-laki gagah berpeci hitam dengan golok diselipkan di pinggang mengendap-ngendap dari balik rimbun pohon pisang dan semak-semak, Pitung bin Sule namanya.

Sebenarnya dia hanya kebetulan lewat yang bermaksud buang air kecil dan istirahat sejenak sambil memberi minum kuda penarik delmannya, tanpa sengaja mendengar percakapan dua orang di dekatnya.

"Hmm.. Della Annabae.. pisang? Van Der Bulluck? inikah jawaban sayembara tersebut?" pikirnya dalam hati. Bergegas dia kembali ke rumah, lupa dengan niatnya semula untuk mencari penumpang.

Malam hari saat berkumpul dengan beberapa temannya, dia mulai mencari tahu tentang sayembara dari Menir Van Der Bulluck..

"Japra, ente tahu kaga tentang sayembara yang diumumkan Menir?" Tanyanya pada salah satu temannya, yang ditanya malah cenga-cengir.

"Bang Pitung.. ente kemana aje? masa belum tahu sih?" Japra balik bertanya.

"Ente kasih tahu lah.. siapa tahu ane bisa memenangkan sayembara itu."

Japra dengan cepat memberitahukan sayembara tersebut pada Pitung. Sekarang wajah Pitung berubah serius, terlihat dari kerut di dahinya dan pandangan mata yang menerawang jauh, dia sedang memikirkan buah kesukaan putri Van Der Bulluck, kalau benar apa yang tadi didengarnya di perkebunan, berarti sudah dapat dipastikan, dia bisa memenangkan sayembara itu dan dia harus lebih dulu dari kopral Banu van Persie. Hatinya mantap..

"Della Annabae.. tunggu abang ye.. abang tahu sekarang apa yang harus abang bawa buat ente.." Pitung bergumam tanpa sadar.

Pitung...

*****

Tibalah hari yang dinanti-nanti, semua peserta dan masyarakat sekitar telah berkumpul untuk menyaksikan pengumuman pemenang sayembara di halaman rumah Menir Van Der Bulluck.

Banu Van Persie terlihat sumringah, wajahnya berseri-seri, dia sangat yakin bakal menjadi pemenang sayembara itu. Di sudut halaman lainnya, tampak Si Pitung sang kusir delman bersama teman-temannya sesama kusir delman

Dari sekian puluh peserta, setelah dipilih dan dinilai kembali, ternyata hanya ada empat nama yang lolos seleksi administrasi, dua nama sebagai pemenang, dan dua lagi sebagai penerima hukuman.. namun masih menjadi rahasia.

Gemparlah kerumunan orang di halaman rumah Menir. Apalagi saat pemanggilan nama-nama segera dimulai. Seorang prajurit yang sudah ditugaskan sebagai panitia maju, untuk mengumumkan nama-nama yang terpilih tersebut.

"Midun..To'ing.. Kopral Banu Van Persie dan Pitung,maju ke depan ! "

Mereka yang dipanggil namanya berbaris di tangga , dengan masing-masing tangan membawa bungkusan yang akan dipersembahkan pada Della Annabae.

Menir Van Bulluck keluar dari pintu rumah, langsung mendekati ke-empat orang yang berdiri berjejeran itu.

"Hei kamu orang, coba buka bungkusannya!" Wajah Menir terlihat angker sambil menudingkan telunjuk pada wajah Midun, yang ditunjuk tergagap dan tergesa-gesa membuka bungkusan,

"Kamu orang menghina putri Menir, huh? Sejak kapan Putri Menir suka buah salak? Kamu orang pergi ke lapangan ! Terima hukumannya, buah salak yang kamu orang bawa akan digosokkan ke badan kamu orang orang, rasakan berani menghina.. ! "

Dengan wajah tertunduk, pucat, dan banjir keringat bahkan pipis di celana, Midun melangkahkan kaki menuju lapangan.

"Dan kamu, cepat buka bungkusan!" Sekarang telunjuk Menir mengarah ke wajah Toing, yang ditunjuk begitu gugupnya, sebelum bungkusan terbuka suatu benda bulat menggelinding dan tepat jatuh di kaki sang Menir.

"Kurang ajar kamu orang ! Jadi kamu mau bunuh putri Meneer dengan buah ini? apa ini?" Toing bertambah gugup..

" I..i..itu duren, Menirr.. enak menirrr." Dan bertambah berang lah Sang Menir, tapi di ujung lapangan si Midun tersenyum senyum.

Petugas yang akan menggosokkan buah salak ke tubuh Midun bertanya,

"Hei, kamu mau dihukum kok malah senyam-senyum, apa yang lucu?" dan Midun menjawab,

"Tuan, kebayang kan, kalo ane cuma digosok pake kulit salak, nah ntuh si Toing.. digosok pake kulit duren.."

*****

Malam harinya, adalah puncak acara sayembara, dua orang pemenang diundang, menghadiri jamuan makan malam sekaligus untuk memperkenalkan putri Meneer pada calon suami yang terpilih nanti. Tentu saja kedua orang itu Banu Van Persie dan Pitung bin Sule.

Semua hadirin sudah duduk mengelilingi meja makan,

"Sekarang, kita tunggu putri saya tercinta, semua harap tenang, setelah Della Anabell duduk bersama kitai, baru lah kita mulai santap makan malam." Meneer Van Bulluck membuka acara dengan pidato singkat, lalu dari balik pintu keluarlah sang putri dan semua mata hadirin terbelalak takjub melihat dandanan Della Annabae yang aneh.

Annabae

Sebaliknya ketika mata Della Annabae tertuju pada Pitung, seketika jantungnya berdegup kencang, rupanya panah asmara telah tertancap di jantungnya, Della Annabel seketika merasa jatuh cinta pada si Pitung bin Sule.

Acara santap makan malam segera dimulai, Pitung merasa risih karena terus menerus dipandangi oleh sang putri, sementara Banu Van Persie dengan lahapnya menyantap hidangan yang lezat-lezat itu.

Namun.. tiba-tiba seluruh hadirin yang mengelilingi  meja makan merasakan sesuatu, semua serentak menghentikan santap makan malam, mereka mencium bau yang busuk, benar-benar mengganggu selera makan, tapi demi menjaga sopan santun, beberapa saat kemudian serentak semua melanjutkan santap makan malam.

Baru saja mereka hendak melupakan kejadian yang tidak enak barusan, tiba-tiba....

"Preeeeeeeettttt tet teeeeeeet brobooott....."

Kembali bau busuk menyergap hidung semua yang hadir di meja makan tersebut. "Hei.. siapa yang tidak sopan, kentut dan bau begini.. !" Seru Meneer tak tahan lagi dengan bau busuk itu, dan serta merta bubarlah acara makan malam tersebut.

"Ah kebetulan! Ane tahu Della Annabae pasti akan memilih ane sebagai calon suaminya, bujug dah biar kata ane cuma kusir delman, lha kaga mau ane punya bini kayak blekok begitu..Mending ane aje ngaku sama si Meneer dah." Pikir si Pitung dalam hati, lalu..

"Ane yang kentut, menir.. mules kaga bisa nahan..!" Sahut si Pitung tanpa pikir panjang lagi. Dan terkejut lah semua orang yang ada di situ.

"Pitung, kamu orang orang habis makan apa? kentut bau busuk, bagaimana nanti bila jadi menantu menir ? Kasihan jej, Della Annabae.." Meneer langsung menghardik.

Di sebelah Pitung, Banu Van Persie menundukkan wajahnya yang merah padam, dia tak punya keberanian untuk mengangkat wajahnya, sebenarnya dia lah yang tadi kentut, tapi kalau dia mengaku, bisa-bisa tanah perkebunan yang luas tidak akan jadi miliknya.

"Baiklah, Pitung.. karena kamu orang jujur dan kamu orang salah satu pemenang sayembara, saya tidak akan menghukum kamu orang, tapi juga saya tidak mau menikahkan putrid Annabae dengan kamu orang..!”

¨Sebagai gantinya, saya akan menghadiahkan tanah perkebunan yang di bagian selatan deket kuburan, kamu orang ambil tanah itu, sekarang cepat pergi dari rumah ini, saya tidak tahan dengan bau busuk kentut kamu orang!" Tentu saja Della Annabae kecewa dengan keputusan Meneer, tapi apa boleh buat, dia tak bisa memprotes keputusan itu.

Banu Van Persie tertawa girang dalam hati,

"Untung saja si Pitung mau mengakui perbuatan yang tidak dia lakukan..".

Pitung pun berjalan melintasi ruang makan yang luas itu menuju ke luar dan segera pulang ke rumahnya, hatinya riang karena terlepas dari beban yang berat, bayangkan kalau dia harus menikah dengan Della Annabae yang tidak cantik itu..

Sejak saat itu tanah perkebunan yang dihadiahkan Menir Van Der Bulluck kepada Pitung bin Sule dinamakan Tanah Kusir.karena Si Pitung memang seorang penarik delman, alias kusir. Tanah Kusir adalah suatu daerah di bagian selatan Jakarta, yang sekarang lebih terkenal karena areal pemakamannya.

BnD

~SELESAI~

* nama dan kejadian sudah direkayasa

* sumber ilustrasi gambar dari google

* terima kasih kepada AN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun