Mohon tunggu...
Hendro Pradopo
Hendro Pradopo Mohon Tunggu... -

Great life starts with a great heart, keep on riding

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sujudlah di Kaki Ibumu, Walau Ia Pemulung Sampah

2 November 2015   11:40 Diperbarui: 2 November 2015   12:07 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Seorang gadis cantik di Thailand ikut kontes kecantikan, umurnya 17 tahun, ia menang. Dengan mahkota dan segala atribut kemenangannya, pergilah ia ke suatu tempat pemulung, penuh bak sampah, ditemuinya seorang wanita sederhana disana, sang gadis bersimpuh mencium kaki ibu tersebut. Wanita pemulung sederhana itu adalah ibunya, tiada lain. Ya, ibu pemenang kontes kecantikan dan bakat Uncensored News Thailand 2015 itu adalah anak seorang pemulung. Gadis itu Khanittha Phasaeng.

Terkadang kita menganggap diri kita lebih pintar dari orang tua kita. Terkadang kita anggap bila orang tua kita ‘ndeso’ maka kitalah yang lebih top, kadang-kadang kalau orang tua bertanya misalnya pada kita tentang hal-hal kekinian yang tidak mereka mengerti kita tersenyum agak sinis atau tertawa sambil berpikir “Begitu saja tidak tau, dasar ah kuno.”

Kadang kita lupa mendoakan mereka dalam doa-doa kita, yang kita ingat hanya berdoa agar diberi rejeki yang banyak, nasib yang baik dll yang melulu terfokus pada diri kita sendiri tiada lain. Kita mengganggap kewajiban orang tua saja membesarkan kita dan nanti cukup berbahagia saja bila melihat kita sudah berhasil baik dalam pendidikan, kehidupan, rumah tangga, karier dll.

Teringatlah saya pada sebuah puisi karya Taufik Ismail berjudul almamater yang dibacakan 2 hari yang lalu pada acara reuni SMA, puisi yang pada saat saya lulus kuliah membuat saya menangis di haribaan ayahanda dan Ibunda, bersyukur pada apa yang telah mereka berikan kepada saya sehingga dapat memegang sebuah ijazah yang kelak membantu hidup saya selamanya, sepenggalannya :

.............................
Dan kami bersyukur pada Tuhan
Yang telah melebarkan gerbang tua ini
Dan kami bersyukur pada ibu bapa. Yang sepanjang malam
Selalu betdoa tulus dan terbungkuk membiayai kami
Dorongan kekasih sepenuh hati
…………………………………..

Siapapun orang tua kita, darimana pun asalnya, betapapun tinggi atau rendah pendidikan mereka, kaya atau miskin….
Sungkemlah pada mereka, ucapkan terimakasih padanya, doakanlah mereka selalu, dan janganlah memanfaatkan mereka sampai usia tuanya hanya menjadi baby sitter alias penjaga anak-anak kita saja.
Bahwa Tuhan memberkahi anak-anak yang menghormati dan mencintai orang tuanya. Tiada keberhasilan tanpa doa orang tua……………

Setelah subuh tadi , kusinggahi rumah orang tuaku sebelum ke kantor, kucium pipi ibuku, sungkem pada kedua orang tuaku, bahwa karena usaha dan doa merekalah disamping mungkin kegigihanku yang mereka ajarkan sedari kecil, maka sekarang jabatan baru di kantor mulai Senin ini jadi milikku………..ya walaupun tiada yang dicapai tanpa usaha, tapi prosentase doa orang tua pasti ada di setiap keberhasilan kita, percayalah.

Edisi anak lebay, renungan pagi di ruangan kantor baru, mudah-mudahan yang lain tidak melihat saya mringis sendiri serasa mimpi………..thank you mama.. …..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun