Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Kartu Kuning dan Kartu Mahasiswa Pintar

16 Februari 2018   19:38 Diperbarui: 21 Februari 2018   09:31 898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sama halnya, dengan keberhasilan seorang pemain depan yang mencetak goll dengan berbagai gaya dan melalui model yang berbeda-beda seperti goll sentulan kepala, umpan silang, goll finalti, tendakan pisang ala David Bakham, sentulan terbang ala Van Versi, tendangan kiri ala Lionel Messi dan tendangan akurat ala Cristiano Ronaldo.

Tak ikut ke Asmat

Hal yang aneh lagi apabila seorang wasit yang telah memutuskan mengeluarkan kartu kuning kepada pemerintah Jokow-JK tak ikut menyaksikan kondisi sebenarnya di Asmat, Papua lokasi wabah gizi buruk yang menelan korban 61 anak meninggal. Sementara rombangan BEM UI dikabarkan sudah kesana tanpa Zadit yang bertindak selaku wasit. 

Jadi wajar kiranya para netizen media sosial berkomentar tentang tak ikut sertanya Zadit ke Papua untuk melihat kondisi yang sebenarnya. Ada netizen mengatakan "jangan asal ngomong buktikan, atau istilah tong kosong nyaring bunyinya." Komentar netizen ini sudah seharusnya dilontarkan kepada Zadit, lantaran semangatnya mengeluarkan kartu kuning kepada Presiden Jokowi atas keperihatinannya kepada anak-anak Papua yang dilanda wabah gizi buruk dan campak. Semangat itu ternyata hanya berkobar di Jakarta tak sampai ke daerah Papua atau zona kejadian.

Ini namanya ibarat penonton sepak bola dari televisi yang tiba-tiba bertemu dengan kapten lalu memberikan kartu kuning. Kartu kuning itu tidak resmi karena tidak komplet dari jumlah goll dan handball, pun tidak ikut menyaksikan langsung kondisi riil di lapangan apa yang sesungguhnya terjadi. Padahal, kapten Jokowi dan supporter kabinet kerja menyarankan Zadit yang bertindak sebagai wasit untuk menyaksikan secara seksama dan dewasa apa yang sebenarnya terjadi di Agats, Asmat, Papua.

Hal ini sangat penting agar publik dapat menilai, kartu kuning syarat dengan politik kepentingan segelintir golongan atau kritik konstruktif bagi pemerintah. Sebab kalau dia syarat dengan kepentingan golongan tertentu yang memanfaatkan kondisi Asmat maka kebenaran yang sesungguhnya terhadap apa yang sesungguhnya terjadi merugikan dan membingungkan publik.

Sangat mendukung pula tentang APBD Pemprov Papua seperti apa dan bagaimana kucuran dananya untuk kesehatan oleh pemerintah daerah setempat. Sehingga kartu kuning ala Zadit pun mengarah kemana yang selayaknya. Yang jelas, Zadit hanya memberikan kartu kuning kepada Presiden Jokowi dan tak mau tahu tentang anggaran dana APBD yang dikelola oleh pemerintah atau gubernur setempat.

Harry S. Truman Presiden ke 33 Amerika Serikat  berkata, "untuk mengerti sebuah fakta, Anda harus membaca dan melihat semua fakta." Rupanya pemerintah dan universitas perlu membuat Kartu Mahasiswa Pintar (KMP).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun