[caption id="attachment_305147" align="aligncenter" width="500" caption="Sumber ilustrasi http://media.npr.org"][/caption]
Oleh : Jhony Garniwa
Pendidikan Bahasa Inggris merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting. Berbagai macam cara sudahdilakukan oleh Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas), sebagai terobosan guna mencapai target penguasaan Bahasa Inggris secara optimal. Hal ini terbukti dari upaya-yang sudah dilakukan pemerintah dengan membuat seperangkat KTSP ( Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ) lengkap dengan rangkaian isi pembelajaran dan materi ajar/Buku/Modul/LKS, terutama untuk tingkat SMP,SMA/SMK sederajat secara sistematik, baik ditinjau darisisi pengaturan waktu, kisi-kisi materi, metodelogi dan tentu saja outcome. Apalagi ditambah dengan pemyempurnaan fasilitas seperti pengayaan laboratourium bahasa disekolah-sekolah yang tentunya hal ini mengeluarkan anggaran yang tidak sedikit,dan penyelenggaraan uji test Toefl/Toeic untuk tingkat SMA/SMK . Selain itu ada sekolah-sekolah yang menyelenggarakan kegiatan ekstra kurikuler Bahasa Inggris semacam EnglishClub,yang membuat setiap siswa dapat berkomunikasi secara bebas dengan Bahasa Inggris. Ada juga ekstra kurikuler Bahasa Inggris lainnya seperti debat Bahasa Inggris, speech, story telling dan lain sebagainya. Guru Bahasa Inggris di sekolah-sekolah mulai membiasakan menggunakan pengantar Bahasa Inggris di dalam proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar),meskipun tidak all English. Tentunya hal ini memiliki tujuan yang sangat baik,yaitu agar siswa memiliki kecakapan bertindak tutur kata Bahasa Inggris dalam kemampuan mendengarkan dan membaca (receptive skill) atau menulis dan berbicara ( productive skill ), mulai dari tingkat dasar, terampil dan mahir. Secara umum pendidikan Bahasa Inggris di negara kita belum seperti yang diharapkan. Pada kenyatannya,pendidikan masih berorientasi untuk mendapatkan nilai yang bagus, tanpa memperhatikan tujuan yang lebih esensial dari pembelajaran suatu bahasa yaitu penguasaan bahasa itu sendiri. Coba kita lihat betapa minimnya English Club atau tempat para siswa bisa mempraktekkan diri mereka berbicara Bahasa Inggris dengan teman-temannya. Merekakesulitan untuk melatih dan mempraktekkan keterampilan Berbahasa Inggris yang sudah mereka pelajari, sehinggamereka kurang percaya diri dan sering malu ketika Berbicara dengan Bahasa Inggris. Menurut pandangan saya, banyak Guru Bahasa Inggris yang prihatin dalam mutu kwalitas anak didiknya. Mereka merasa bingung dalam memberikan nilai rata-rata kelas KKM karna umunya lifeskill Bahasa Inggris siswanya jauh dari pada kenyataan yang diharapkan, sehingga mereka cenderung untuk menganjurkan siswanya mengikuti kursus Bahasa Inggris diluar sekolah atau memalsukan nilai, karena kalau tidak berbuat seperti itu maka hasil proses pembelajaran di kelas tersebut bisa dikatakan tidak berhasil atau tidak mampu mencapai standar outcome yang diharapkan, apalagi dengan diterapkannya standar mutu (kualitas) dan standar kelulusan, dengan bukti pencapaiannya berbentuk laporan/dokumentatif dan angka. Apakah hal ini dapat dipertanggung jawabkan secara moral?

Grafik Kompentensi Siswa terhadap KTSP
Dalam figure di atas jelas menunjukan konflik yang terjadi secara umum pada saat pertama siswa belajar dikelas. Umumnya skill berbahasa Inggris mereka bisa dikatakan rendah atau ada di angka nol. Namun pada saat mereka dihadapkan pada muatan/isi kurikulum disekolah,mereka harus sudah siap untuk memposisikan diri pada level yang seharusnya, sehingga hal ini menimbulkan konflik baik itu secara transactional maupun intransactional. Seperti yang terlihat pada figure diatas, ketika siswa mengejar ketinggalannya, mereka tidak mampu mengejarnya, bahkan padalevel yang dianggap dasar sekalipun. Adanya kewajiban siswa SMA/SMK dalam mengikuti latihan dan uji kompetensi Toefl/Toeic hal ini justru semakin menambah konflik, sehingga diakhir tahun pembelajaran disekolah, kemampuan berbahasa Inggris mereka umumnya tenggelam. Mereka berjuang keras dengan berbagai macam cara dan upaya hanya untuk bagaimana menyelamatkan nilai mata pelajaran Bahasa Inggris.Sebagai efek dari kondisi tersebut, diakhir masa sekolah hal yang berkaitandengan Bahasa Inggris banyak menimbulkan efek traumatis. Lebih jauh lagi memiliki dampak fisiologis yang mengakibatkan rasa frustasi terhadap mata pelajaran Bahasa Inggris.Tentunya mata pelajaran Bahasa Inggris ini dianggap sulit dan menakutkan yang akan terbawa terus kemasa depan. Kondisi diatas sangat Ironis sekali. Lalu apakah ini yang menjadi tujuan yang sebenarnya dari pemerintah dengan diselenggarakannya mata pelajaran Bahasa Inggris disekolah? Tentu kita semua tahu akan manfaat dan kepeluan berbahasa Inggris di era globalisasi ini,terutama guna keperluan pekerjaan, jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan pergaulan. Idealnya kalo kita mempelajari figure diatas, seharusnya sistem kurikulum disesuaikan dengan kompetensi siswa secara proporsional. Jelasnya dengan mengurut kembali materi yang benar-benar dasar dan sesuai dengan kenyataan dilapangan, sehingga konflik itu tidak terjadi.Hanya kalau kita berfikir kearah tersebut, hal itu mustahil untuk bisa dilaksanakan, karena sistem nya sudah berdiri tegak dan kokoh serta dirancang sedemikian rupa dengan sasaran outcome yang jelas. Apalagi ini mungkin akan mempengaruhi berbagai pihak yang berkepentingan, baik itu secara politis maupun ekonomis. Kendala lainnya adalah akibat padatnya muatan mata pelajaran Bahasa Inggris yang diberikan disekolah. Dilain pihak mata pelajaran tersebut harus selesai dalam durasi yang sudah ditetapkan dalam kurikulum. Namun kenyataannya,tidak cukup waktu, sehingga akhirnya dilimpahkan dalam bentuk tugas. lainnya seperti kompetensi dan kedisplinan guru, seperti contohnya guru tidak masuk kelas melainkan hanya memberikan tugas kepada siswanya, kompetensi guru yang belum mencapai standar yang diharapkan dalam penguasaan skill berbahasa Inggris nya, kurangnya inovasi metoda , masih banyak guru yang menyampaikan materi dikelas dengan menggunakan metoda konvensional , sehingga cara penyampaian nya cenderung monoton dan membosankan. Selanjutnya kelas yang selalu berpindah pindah (moving class ) bisa menimbulkan keterlambatan, bahkan durasi pertemuan menjadi sedikit karena terkorup oleh kondisi tersebut. Apakah tidak ada cara lain dalam membenahi kurikulum Bahasa Inggris sehingga hasilnya menjadi lebih efektif dan efesien? Padahal pendidikan itu merupakan hak semua warganegara Indonesia tanpa terkecuali.Seharusnyapendidikan formal yang menjadi tujuan utama masyarakat mampu membawa ruh pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang sebenarnya.Jadi tidak semata-mata hanya menggulirkan trend atau membuat mata pelajaran Bahasa Inggris itu seolah-olah terkesan tinggi dan berkualitas, jika semakin sulit, rumit dan kompleks. Menyikapi hal tersebut diatas tentunya harus dengan suatu imbangan atau melaui suatu konsep metoda yang tepat dan inovatif. Analoginya adalah :
- Bahasa dikendalikan oleh pikiran melalui umpan balik (feedback) dari pendengaran dan posisi mulut. Jika ingin fasih menguasai Bahasa Inggris, sangatlah penting untuk melatih kembali lidah anda secara bersamaan,akibatnya secara otomatis pendengaran dan memori juga bisa terlatih.
- Konsep metoda yang tepat adalah bagaimana siswa bisa secara serentak melatih memori (organ of memorizing), pendengaran (organ of hearing), pengucapan (organ of speech) secara bersamaan. Hal ini dimaksudkan agar mampu mencapai sasaran yang sebenarnya. Selalu ada pembekalan skill berbahasa Inggris yang dibawa pulang setiap anak didik pada setiap jam-jam pertemuanya di kelas dan indikator keberhasilannya bisa dirasakan. Bukan setumpuk tugas yang akan menambah beban belajar dan tidak inspiratif, yang sebenarnya hal tersebut tidak melatih apapun dalam penguasaan skill berbahasa Inggris mereka. Ini berarti, pendidikan Bahasa Inggris hanya berjalan dalam aspek kognitif dan psikomotorik peserta didik.
***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI