Mohon tunggu...
Yaser A Suningrat
Yaser A Suningrat Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

..cuma cari senang..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

.."Rumah Saya di Jalan Orientalis"..

17 September 2011   00:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:53 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebelum mengurai judul ini, saya mau bercerita tentang photo ini, yang saya jepret di Jalan Medan-Batang Kuis KM 12.5 sewaktu sedang menemani seorang atasan di kantor untuk satu keperluan yang saya sendiri tidak tahu dalam rangka apa. Sayang sekali, masa permampiran saya ke sini cuma sekira 5 menit. Akibatnya saya belum sempat berjumpa dengan penanggungjawab jalan ini atau setidaknya pada orang yang mengerti betul sebab-belakang penetapan jalan ini sebagai "Jalan Karia Sastra". Apa mungkin karena dulu di jalan ini ada banyak pekarya sastra? Bisa saja iya. Seperti halnya "Pasar Merah" di jalan utama sebelum masuk ke jalan rumah saya, "Jalan Pelajar Timur" di Medan, Sumatera Utara. Harap diketahui, di Medan "pasar" itu artinya "jalan". Sementara "pasar" dalam arti sebagai tempat aktifitas ekonomi dan belanja, di Medan, disebut "pajak". Saya kira, semua jalan di manapun pasti bersebab-belakang. Jika cakrawala sebab-belakang itu tak terlalu jelas dipandang, pastilah ia akan memisteri. Seperti ketidakjelasan, atau tepatnya, kebelumjelasan sebab-belakang penamaan Jalan Karia Sastra di atas di matas saya. Kejadian yang hampir sama juga ada. Sewaktu saya bermuhibah-kaki pribadional di daerah Jalan Brigjen Katamso, Medan, ada sebelok jalan kecil bernama "Jalan Tanah Merah". Apa kaitan jalan itu dengan "(syekh) Siti Jenar" yang berarti "Tanah Merah" itu? Entahlah. Yang pasti, nama jalan selalu menyimpan ruh yang berbicara tentang kandungan makna yang terumpet di baliknya. Kandungan makna itu pula yang kiranya telah dihajatkan oleh para sesepuh penabal nama jalan tersebut. Dulu. Itulah yang saya maksud dengan sebab-belakang. Untuk kasus "Jalan Karia Sastra" ini (kenapa KarYa ditulis dengan "I", bukan "Y"?), barangkali ia dinamakan demikian demi menandakan bahwa di jalan itu ada segerobak pekarya sastra atau ada erosi arus penciptaan sastra di sana. Entah dulu entah saat ini. Nah, berhubung rumah saya ada di "Jalan Pelajar Timur Gang Sekolah", tidak salah kalau saya sebut rumah saya itu beralamat di "Jalan Orientalis". Sebab "pelajar = orang yang belajar/mempelajari". "Timur = arah/tempat timur". "Orang yang mempelajari timur = Orientalis". Jadi, saya tinggal di "Jalan Orientalis", dalam sebuah rumah yang terhimpit di dalam Gang Sekolah. Kapan Anda mau menjadi orientalis sambil menumpang kencing di rumah saya? Jangan sungkan. Sebab orientalis, sejak mula, memang berkecendrungan mengencingi Orient (Timur). Mereka membangun Timur sebagai bukan Timur, tapi hanya sepetak bilik berjeruji primitif. Mahabenar Edward W. Said dengan firmannya; bahwa Barat menyaring dan mengerangkeng Timur dalam teori maupun praktek yang sengaja diciptakannya hingga menjadi sebuah sistem ilmu (Orientalism: 1977: 14). Di sanalah, sebagian besar bahtera yang menjelajahi laut Timur, hingga kini, berlabuh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun