ANAKKU ISPIRASIKU
Mungkin beberapa orang banyak memilih jika ayah, ibu atau siapapun yang lebih tua menjadi ispirasinya karena tentu saja mereka memiliki banyak pengalaman dan telah bergelut dengan pasang surutnya kehidupan. Mereka jualah yang telah berhasil mendidik putra putrinya. Faktanya memang demikian. Tentu saja saya setuju karena ayah, ibu dan seseorang yang kita tuakan banyak mempengaruhi gaya hidup kita atau karakter kita.
Namun saat ini berbeda ketika saya telah memiliki putra dewasa walau dalam kesehariannya masih bergantung kepada saya ada nilai-nilai tertentu dari perilakunya yang menjadi inspirasi saya. Tidak banyak anak lelaki dijaman sekarang yang sangat protect atau melindungi ibunya. Mereka biasanya lebih suka bersama-sama dengan teman-temannya daripada ibunya. Itu juga sama dengan putra saya, namun setiap kali main bersama teman-temannya masih dia sempatkan untuk kirim pesan, sang ibu berkenan makan apa atau titip apa ketika dia diluar.
Ketika saya bertanya atau menelponnya untuk mengetahui keberadaannya, jika kondisinya sedang tidak mengendarai motor atau mobil dia segera mengangkat atau mengirimkan pesan agar saya tidak khawatir. Dan jika beberapa kali saya menelpon dan dia tidak mengangkat dia segera kirim voice note agar lebih cepat di dengar pesannya.
Saya memang tidak banyak membatasi gerakannya namun saya mesti mengontrolnya karena kami hanya berdua. Ketika saya sakit dia pasti menemani disamping saya. Demikian juga jika dia sakit saya tentunya dengan senang hati menjaganya. Terkadang kami berdiskusi apa yang menjadi kesulitannya. Dia bilang mencari kerja dijamannya lebih susah dibanding jaman ibunya (saya). Saya setuju dengan pendapatnya walau sudah lulus S1 pendidikan bahasa Inggris tidaklah mudah untuk mendaftar disuatu pekerjaan seperti menjadi perwira Prajurit Karir (perwira PK), tiap tahun belum tentu dibuka untuk S1 Pendidikan bahasa Inggris, kecuali jika menjadi guru honorer dengan gaji pas-pasan.
Karena dia masih memikirkan saya, ibunya yang bekerja cukup jauh dari rumah dia tidak tega untuk tidak mengantar dan menjemput saya. Namun dia bilang jika dia punya pekerjaan mapan akan carikan ibunya driver dan dia bisa tenang untuk bekerja. Jika belum punya pekerjaan dengan senang hati dia menemani saya ke kantor. Di kantor dia banyak belajar dari para driver pejabat atau staf di lingkungan kantor saya. Banyak dari driver dan staf perduli padanya, terkadang mengajaknya berolah raga di ruang fitness atau bermain musik yang kebetulan menjadi hobinya.
Saya tanamkan kepadanya agar selalu menghargai siapa saja apapun pangkatnya, apapun background pendidikannya. Terkadang saya merasa kasihan ketika melihatnya lelap tertidur di mobil atau di tempat para driver kumpul. Ketika jam makan siang dia segera menelpon atau kirim pesan saya ingin makan apa. Jika saya tidak terlalu sibuk saya lebih suka makan bersama putra saya di kantin kantor. Berjalan ke parkiran menghampirinya dan menuju kantin adalah olah raga sehat bagi saya walau sedikit panas karena tengah hari.
Jika saya ada kegiatan di kantor dan saya tidak bisa keluar, dia sudah bawakan nasi bungkus pesanan saya. Nah jika ada traktiran di kantor, saya memberitahunya kalau saya tidak bisa makan bareng. Ketika saya menawarinya ingin dibelikan apa untuk makan siang dia lebih memilih beli sendiri saja.
Dia tidak banyak meminta uang untuk diri pribadinya, namun dia minta jika ada kerusakan mobil atau untuk beli BBM karena tabungannya tidak cukup. Tiap bulan saya berikan uang jajan tidak banyak tapi cukup untuk dia makan di luar bersama teman-temannya. Â Jika dia menginginkan sesuatu dia bertanya terlebih dahulu apakah saya ada dana untuk beli barang yang dia suka. Tentu saja jika terjangkangkau untuk dibeli saya pasti memenuhi keinginannya. Jika dana tidak cukup biasanya ditunda terlebih dahulu untuk membelinya.
Dia juga anak yang suka menasihati ibunya, hahaha lucu ya. Menasihati ketika saya lapar mata untuk membeli baju atau sepatu di Mall. Dia bilang kalau saya masih punya banyak baju baru dan sepatu yang jarang dipakai. Ibu-ibu seperti saya paling suka jika ada promo, beli 2 baju atau kaos gratis satu pasti sudah ingin beli saja. Padahal saya tahu jika promo itu memang harga sebenarnya. Seolah-olah dari harga yang dibandrol mahal menjadi murah. Namun saya biasanya melihat kualitasnya tidak hanya sekedar murah, yang terpenting bagi saya baju atau benda yang akan saya beli cocok dengan ukuran saya dan pantas.