Mohon tunggu...
bluesaphire
bluesaphire Mohon Tunggu... -

Terbanglah bersama angin..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Masih Saja Mencoba Bertahan

30 Desember 2011   03:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:35 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Waktu kubuat coretan ini, malam sudah berlalu beberapa saat yang lalu bersama dengungan serangga di kelam malam, semilir bayu menghantam dedaunan tebu di ladang-ladang, dan kelu udara malam menyeruak di heningnya. Entah apa yang buatku terjaga setelah sore tadi kubertahan dengan rasa kantuk dan berat kepalaku tuk sekedar memikirkan apa saja yang hinggap dikepala.Semuanya berawal dari malam sebelumnya ketika ku pertaruhkan waktu istirahatku untuk menjadikan diriku jadi bagian sesuatu. Tapi apakah benar aku sudah menjadi bagiannya???? Rasanya pertanyaan itu perlu dikaji ulang hingga buatku menyadari bahwa jawaban sesungguhnya adalah "BELUM TENTU". Keyakinan bahwa jawaban yang muncul itu adalah sebenar-benarnya jawaban seharusnya sudah kusadari dari dulu. But what a pity I am. I always act like I am a fool.....

Telah berlalu tigapuluh menit, sebanyak mugkin slide-slide bayanngan yang telah menemaniku beberapa waktu ini berputar-putar di kepalaku seolah-olah meminta pertimbangan padaku akan apa yang harus mereka perbuat. Mereka menyatakan kepatuhannya dengan menyerahkan semuanya padaku. Aku diserahi kekuatan untuk bisa menentukan semuanya atas nama diriku sendiri sebab mereka hanya akibat bukan sebab. Dan SEBAB adalah aku. Dalam diam mataku memandang deretan kata-kata yang telah kususun menjadi kalimat, dan hatiku kosong untuk sesuatu hal yang menjerat segumpal daging yang bernama HATI disini, tepat dimana perasaanku bergelayut.

Haruskah ku meminta maaf untuk semua yang kupunya, yang melekat erat saat Tuhan sudah menentukan takdirku??? Ya, pada tubuh yang sudah Tuhan karuniakan, pada perasaan yang sudah Tuhan anyam, pada pikiran yang sudah Tuhan tanam indah disini??? Benarkah itu semua inti dari semua persoalan-persoalan yang kurasa?? Andai benar...*karena ku juga masih mencari keyakinan....betapa bijaksananya seandainya aku jujur mengakui, bahwa ku selama ini salah dan meminta maaflah adalah satu-satunya jalan. TUBUHKU, maafkanlah aku yang selama ini selalu tak mengindahkanmu karena ku selalu mengedepankan perasaanku sehingga buatmu merasa tersudutkan disatu sisi yang kau sulit untuk berteriak dan lari menjauh. Kekangan itu kubuat dengan erat bahkan andai kau menangispun aku tak kan tahu, karena telah sedemikian tidak perdulinya aku denganmu. Benar, aku orang yg tidak punya kepedulian padamu .....*airmataku yang luluh bukan bayaran untuk semua yg terjadi. Pada PERASAANKU, maafkanlah juga aku, sebab aku menempatkanmu di ujung terdepan diriku dengan segala kelemahanmu kubiarkan kau menjadi tameng hidupku. Dengan gagah dan kerasnya kepercayaanmu, kau hadang segala perasaan buruk yang mennginginkan aku tersungkur kelu. Saat kegelapan lorong hati mengikatku, kau maju mengusirnya menjauh agar aku tak menyesak jauh dan hilang ditelan kegelapan itu. Walau kau lebih sering berkorban dengan tidak mendapatkan biarpun sedikit rasa terima kasihku, kau selalu tulus menerimanya. Banyak dan bannyak lagi yang telah kuambil darimu. Dan berikkutnya, ku harus meminta maaf pada PIKIRANKU. Hari-harinya telah kucuri dengan menjejalkan banyak pikiran-pikiran yang tak pasti. Kapasitas yang kau terima terkadang terlalu berlebih hingga kau harus berhati-hati menjaganya dengan harapan tak meluber dan berikutnya membanjiri ruangmu. Kau harus bergulat menata setiap ruang-ruang dalam otak cuma dengan harapan aku tetap ada. Dan tahukah kau, bahwa saat ini aku tetap ada, aku tetap berkutat dengan semuanya, aku masih seseorang yang mencoba bertahan dengan semua yang dunia tuliskan untukku.Walau rasanya aku tak cukup yakin, sampai di titik manakah pertahananku kuat, sampai di batas manakah peganganku tertambat. Kuberharap dengan permohonan maafku ini aku akan menyadari bahwa akuadalah bukan bagian dari sesuatu dan tak kan kubiarkan sesuatu apapun memporak porandakan tubuh, perasaan dan pikiranku.Dengung serangga malam dikejauhan semakin lama semakin hilang, tinggal sepi yang menawarkan diri menemaniku walau sebetulnya aku tak memerlukannya. Aku cukup merasa tidak sendiri dengan tubuh, perasaan dan pikiranku.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun