Mohon tunggu...
Blueland
Blueland Mohon Tunggu... Penulis - Save This Blue Planet

Penulis lepas, Blogger

Selanjutnya

Tutup

Financial

Cara Pemasaran "Cek Inbox ya", Memudahkan atau Justru Menyulitkan Calon Pembeli?

27 Januari 2024   05:59 Diperbarui: 27 Januari 2024   06:07 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di era digital sekarang ini, hampir semua kalangan sudah dapat terhubung dengan internet. Hampir seluruh daerah di Indonesia sudah memiliki akses internet yang sangat memudahkan kita dalam hal berkomunikasi. Begitu pula dengan perangkat pendukung komunikasi yang sekarang ini sangat terjangkau untuk dimiliki masyarakat, memungkinkan untuk semua kalangan dari anak-anak sampai orang dewasa memiliki perangkat komunikasi yang dengan mudah dapat terhubung dengan internet. Hal ini sangat membantu untuk kemajuan dalam berbagai bidang. Bukan hanya sekedar untuk berkomunikasi saja, melainkan juga untuk saling bertukar informasi.

Kemudahan berkomunikasi sekarang ini juga banyak didukung oleh adanya platform-platform media sosial dengan berbagai macam kegunaannya. Saat ini, hampir semua orang memiliki profil di media sosial. Melalui media sosial, informasi yang disampaikan tidak lagi hanya berupa tulisan atau suara, melainkan juga gambar maupun video. Hal ini memudahkan orang untuk lebih mengenal seseorang dengan lebih baik melalui postingan-postingan foto maupun video yang mereka unggah di media sosial mereka. 

Melalui media sosial, kita dapat melihat kebiasaan, karakter, kegiatan, usia, bahkan daerah dimana mereka tinggal. Informasi-informasi tersebut merupakan informasi yang sangat dibutuhkan untuk kegiatan perdagangan. Dengan kemudahan informasi tersebut, maka semakin banyak kegiatan penjualan baik barang maupun jasa yang memanfaatkan sarana media sosial. Bahkan saat ini hampir semua media sosial memiliki sarana untuk kegiatan jual beli. Baik yang langsung maupun yang tidak langsung dengan melampirkan tautan toko dari marketplace yang juga sudah banyak tersedia sebagai sarana jual beli secara online.

Setiap kita membuka media sosial, disela-sela unggahan dari teman-teman kita seringkali muncul unggahan yang berisi penawaran dari suatu produk. Di sertai dengan foto-foto yang menarik dan sedikit informasi yang menggiurkan, tidak jarang menimbulkan keinginan kita untuk membeli produk tersebut. Yang mungkin saja saat itu kita belum benar-benar membutuhkan. Tetapi dengan melihat foto-foto yang menarik disertai bahasa penjualan tentang keunggulan dan kemudahan-kemudahan untuk memiliki produk tersebut, seringkali mendorong kita untuk mencari tahu lebih jauh apakah produk tersebut memungkinkan untuk kita beli saat ini. 

Sayang sekali saat ini banyak sekali iklan-iklan penjualan baik barang maupun jasa tersebut tidak mencantumkan harga dari barang atau jasa yang di tawarkan. Untuk produk-produk yang harganya harus ditentukan berdasarkan jumlah pemakaian dan kondisi pemakai, seperti jasa kesehatan yang harus disesuaikan dengan pemakainya, hal tersebut masih bisa di maklumi walaupun seharusnya berdasarkan pengalaman dari layanan yang sudah pernah di lakukan seharusnya rentangan harga sudah bisa di informasikan pada saat mengiklankan layanan tersebut. Tetapi untuk barang yang sudah pasti harga satuannya, hal tersebut menjadi sedikit aneh apabila tidak di cantumkan harganya. 

Berdasarkan pengalaman saya dalam mencari tahu lebih dalam tentang barang atau jasa yang di iklankan di sosial media, sering sekali saya  mendapat jawaban "Cek inbox ya". Yang artinya mereka mengirimkan jawaban tersebut ke inbox kita. Sementara pada iklan tersebut hampir semua komentar menanyakan hal yang sama. Dan jawaban yang mereka terimapun juga sama. Mereka mendapatkan jawaban yang langsung di kirim ke inbox mereka masing-masing. 

Dari sisi pemasaran, hal tersebut dimaksudkan agar terjadi interaksi langsung antara penjual dan calon pembeli. Sehingga penjual dapat melakukan pendekatan yang maksimal agar terjadi suatu transaksi. Kalaupun tidak terjadi saat itu juga, minimal penjual sudah memiliki data kontak langsung terhadap calon pembeli, yang kemudian secara berkala dapat mereka hubungi untuk sekedar mengingatkan atau bahkan menanyakan apakah calon pembeli sudah siap untuk bertransaksi. 

Sisi positive dari cara ini adalah penjual dapat secara personal menjalin suatu hubungan untuk meyakinkan calon pembeli yang disesuaikan dengan kondisi pembeli. Tetapi tidak sedikit juga calon pembeli yang menjadi kesal atau bahkan curiga, "jangan-jangan mereka memberikan harga yang berbeda kepada kita" atau "jangan-jangan saya mendapatkan harga yang lebih mahal dari harga sebenarnya". 

Pemikiran-pemikiran calon pembeli seperti diatas dapat timbul karena ketidak terbukaan terhadap informasi harga. Hal ini akan berdampak kepada keengganan calon pembeli untuk melanjutkan mencari tahu informasi tentang produk yang di tawarkan. Atau bahkan menjadikan calon pembeli merasa prosesnya terlalu panjang, memakan waktu mereka hanya untuk sekedar mendapatkan informasi tentang harga. 

Kalau kalian, termasuk calon pembeli yang mana nih? Calon pembeli yang akan merasa terlayani dengan baik karena mendapatkan jawaban secara personal, atau calon pembeli yang tidak sabar untuk mengikuti proses sampai mendapatkan penjelasan dari penjual tentang produk dan harganya? Tulis di kolom komentar ya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun