“Auuw! Auuw..aauuw…auuuuuuuww!!!”
“Rasakan! Rasakan! Ngaca! Tahu gak sih lo kalau disuruh ngaca?”
Ngaca? Kenapa semua orang memintaku untuk berkaca? Ada apa? Kemarin pagi sebelum berangkat aku sudah berkaca. Aku juga sudah menata rambut tipis ala Nicolas Cage-ku yang mulai berguguran dimakan usia. Uban pun belum terlihat. Beberapa kerutan memang bertambah di wajahku dan menjadi hiasan dari pengalaman-pengalaman hidup di bawah Matahari. Tak ada yang salah. Lalu?
“Ini lihat!”
Irma menoyorku sambil memberikan cermin retak milik Barbie.
“Cepetan sih!” ucap Barbie tidak sabar.
Aku berusaha untuk duduk dengan susah payah. Baru kusadari kalau semua mata mengarah kepadaku. Pandangan penuh jijik dan geli terpancar dari mata mereka. Perlahan kuambil kaca retak milik Barbie dengan gemetar.
Aaarrrgghhh!!! Siaaal!!!
Tak sanggup aku menerima kenyataan bayangan sekilas yang kulihat di cermin itu.
“Makanya kalau selesai ngepet, baca mantranya sampai habis. Jangan setengah-setengah! Muke lo ketinggalan!” ujar Bori sambil mengibaskan ekor mungil menggemaskan miliknya dan berlalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H