Merosotnya prestasi timnas Indonesia di kancah persepakbolaan internasional tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja. Buruknya manajemen pada federasi, tidak jelasnya kompetisi, minimnya dana yang dikucurkan pemerintah, persiapan tim yang selalu kejar tayang tiap dekat kompetisi, pembinaan usia muda yang buruk dan tidak berkelanjutan, hingga kualitas pemain yang masih dibawah rata-rata pemain ASEAN.Â
Masih banyak yang harus dibenahi oleh PSSI jika ingin mengembalikan timnas merah putih kembali ke masa jayanya. Namun salah satu faktor yang harus cepat dibenahi adalah faktor pendanaan. Di era sepakbola modern saat ini, untuk membangun sebuah tim yang kuat tidaklah membutukan dana yang sedikit.Â
Dana-dana tersebut nantinya akan dipakai untuk biaya gaji pemain, pelatih, hingga seluruh staff tim, biaya akomodasi kegiatan tim terutama saat berlaga di luar negeri atau di sebuah turnamen, biaya untuk menyiapkan tim, biaya untuk pembinaan usia muda, hingga biaya untuk menggelar laga uji coba.
Saat ini timnas Indonesia yang ada di bawah naungan PSSI hanya bergantung pada dana APBN dari pemerintah melalui Kemenpora. Sementara kita sendiri ketahui APBN difungsikan untuk membangun negara, dan tidak hanya untuk ngurusin bola aja. Oleh karena itu, kebanyakan timnas di zaman sekarang berburu sponsor sebanyak mungkin agar bisa mendapatkan kucuran dana yang banyak untuk menopang semua kegiatan dan kebutuhan tim mereka dalam jangka waktu yang cukup lama, karena mereka sadar bahwa APBN dari negara mereka adalah untuk kepentingan rakyat bukan hanya dipakai untuk memajukan sepak bola mereka. Dan kebanyakan timnas negara lain tidak terlalu banyak menerima dana dari pemerintah mereka.
Jika sedang international break atau jeda internasional, biasanya beberapa negara melakukan serangkaian laga uji coba dengan timnas dari negara lain dalam rangka mempersiapkan tim jelang laga kualifikasi atau jelang turnamen besar. Dan tidak hanya sekali, bahkan ada yang melakukan 3 kali bahkan lebih laga uji coba dalam satu kali jeda internasional seperti Jerman diakhir bulan Maret kemaren melawan Australia, Inggris, dan Slovakia.Â
Lantas kemanakah Indonesia? Ya Cuma nonton saja, penyebabnya karena dana yang dimiliki PSSI tidak memadai andaikan terus menerus melakukan laga uji coba tiap kali jeda internasional.
Untuk menggelar laga uji coba saja bukanlah perkara mudah dan murah. Banyak yang perlu dipersiapkan untuk menggelar laga persahabatan dengan negara lain, mulai dari perizinan dari pihak pengelola stadion dan kepolisian, mendapatkan persetujuan dari FIFA dan konfederasi terkait dari kedua negara tersebut, membayar pemain, pelatih, keseluruhan staff tim dan tim lawan, hingga untuk menyiapkan dan membayar pengawas pertandingan seperti wasit, dan perangkat wasit yang akan memimpin pertandingan haruslah wasit bersertifikat FIFA.Â
Dan untuk menyiapkan semua itu tidaklah murah. Oleh karena itulah peran sponsor sangatlah penting karena sebuah federasi tidak bisa terlalu bergantung pada APBN negara walaupun federasi itu sendiri milik negara.
Saat ini, timnas Indonesia di seluruh lapisan tidak punya sponsor yang menjadi partner resmi mereka dalam jangka panjang. Sponsor untuk timnas Indonesia biasanya hanya dalam jangka waktu pendek, semisal jika sedang ada turnamen saja seperti piala AFF atau SEA Games saja.Â
Sementara itu, kebanyakan negara lain sudah memiliki patner resmi untuk semua lapis tim Nasional mereka di semua lapisan dalam jangka waktu yang cukup panjang, bahkan ada yang sudah lebih 10 tahun. Contohnya:
- Jerman dengan Mercedes-Benz,
- Argentina dengan Coca Cola dan Claro,
- Spanyol dengan Iberdola,
- Inggris dan Wales dengan Vauxhall,
- Brazil dengan Guarana Antarica,
- Portugal dengan Sagres,
- Perancis dengan Volkswagen,
- Jepang dengan Kirin, dan bahkan tetangga kita Thailand juga sudah punya sponsor resmi.