Theodore berlari tergesa-gesa ketika mengetahui bahwa pacarnya menghilang begitu saja secara tiba-tiba. Berkali-kali dia memeriksa layar touchpad nya, begitu pula dengan layar PC nya, namun sang kekasih tercinta Samantha tetap meghilang. Theodore merasa panik, secepat mungkin dia berlari ke stasiun kota untuk memastikan keadaan Samantha. Toko penjualan software merupakan tujuan akhirnya. Toko software? Kenapa Theodore mencari Samantha disini, apakah Samantha bekerja ditoko software tersebut? Apakah mereka berjanji untuk bertemu di toko software? Apakah Samantha ingin membeli software keluaran terbaru? Tidak, jawaban dari pertanya-pertanyaan tersebut tidak akan memecahkan masalah dimana Samantha berada.Apakah anda fikir Samantha itu adalah manusia? Tidak, Samantha merupakan karakter di sebuah software program terbaru yang diciptakan manusia. Samantha tidak memiliki raga seperti manusia. Kita hanya bisa mendengar suaranya saja tapi Samantha mempunyai DNA yang bisa memahami sifat-sifat manusia lebih dari manusia sesungguhnya. Pendek kata, Theodore, seorang pria kesepian, jatuh cinta dengan karakter iOs yang dibelinya. Mereka layaknya sepasang kekasih. Berbagi suka dan cita bersama. Theodore pun tidak segan untuk memperkenalan Samantha sebagai kekasihnya. Dia pun merasa putus asa, panik, dan khawatir ketika Samantha hilang dari touchpad dan PC nya.
Nah, cuplikan cerita diatas merupakan cuplikan cerita dari film “Her”. Film yang menceritakan tentang kehidupan pada masa depan, dimana kita hanya membutuhkan suara. Saya terperangah dan langsung berucap bahwa inilah software yang saya butuhkan ketika saya melihatkarakter Theodore menulis sebuah surat lewat suaranya. Dia tidak perlu mengetik satu persatu-satu huruf di keyboard komputernya. Theodore hanya perlu mengucapkan kalimat-kalimat apa yang ingin dia tuliskan dan secara otomatis kalimat-kalimat tersebut akan muncul di layar monitor. Amazing! Saya butuh software ini!
Well, kembali ke topikutama. Apakah prilaku yang dialami Theodore ini normal? Tentu saja tidak dimata kita. Mungkin sebagian dari kita akan mengatakan bahwa Theodore itu sudah gila atau mungkin sedikit memiliki gangguan kejiwaan. Bagaimana mungkin seseorang jatuh cinta dan menganggap sebuah iOs seperti kekasihnya. Samantha itu merupakan sosok yang tidak nyata. Dia hanya rekayasa yang dibuat oleh manusia. Tapi mungkin dikarenakan Samantha itu merupakan sosok rekayasa, maka dari itulah dia paham dan mengerti Theodore lebih dari siapapun. Samantha ada disaat Theodore kesepian, Samantha ibarat teman yang 24 jam siaga hanya untuk Theodore. Theodore mungkin saja terkena sebuah syndrome, tapi mungkin syndrome ini belum diteliti dikarena software yang seperti ini belum terdapat di kehidupan kita sekarang. Syndrom yang paling mendekati mungkin adalah syndrome Nomophobia.
Syndrom Nomophobia
Tanpa kita sadari, ada diantara kita sekarang yang mempunyai pengalaman serupa seperti halnya yang dialami Theodore, tapi dikarenakan software seperti ini belum ditemukan, kita masih berada dalam tahap awal. Apakah anda pernah merasa kecemasan yang berlebihan ketika gadget kesayangan ada tinggal dirumah? Apakah anda pernah mengalami kepanikan ketika gadget anda sakit? (rusak) melebihi kepanikan ketika ada teman anda yang sakit? Nah, kalau jawabnnya iya. Mungkin anda atau tepat nya saya sedang mengalami syndrome yang disebut Nomophobia. Syndrom Nomophobia merupakan syndrome yang diakibatkan rasa kekhawatiran yang berlebihan ketika kita berada jauh dari gadget yang kita punyai khususnya handphone. Saya tidak akan membahas lebih tentang syndrome ini karena ini bukan topik utama bahasan tulisan saya. Namun menurut saya syndrome Nomophobia ini merupakan tahap awal dari syndrome yang dialami Theodore, dimana dia menganggap sebuah software computer sebagai kekasih hati dan belahan jiwanya.
Kapan Syndrom “Theodore” ini bakal terjadi pada dunia nyata?
Ketika, saya mendiskusikan film ini dengan seorang teman. Teman saya berpendapat, cepat atau lambat kejadian yang dialami Theodore ini akan benar-benar terjadi pada kehidupan nyata. Dimana setiap orang akan seperti orang gila yang jatuh cinta dengan sesuatu yang tidak nyata. Kami pun berdiskusi berapa lama lagi hal ini bisa terjadi? Saya pun berpendapat 200 tahun tahun lagi dan teman saya berpendapat 50 tahun lagi. Menurut saya hal ini masih lama akan terjadi dikarenakan belum seorang pun yang menemukan software seperti ini dan mungkin software ini tidak akan pernah ditemukan karena software ini layaknya seperti manusia yang hidup dalam dunia komputer dan tidak mempunyai tubuh. Adapun sekarang, orang-orang baru menemukan berbagai robot canggih yang bisa berbicara dan meniru gerakan manusia seperti halnya Asimo buatan Honda dan Petman buatan Boston Dynamic. Namun menurut saya manusia zaman sekarang tidak terlalu membutuhkan robot seperti Asimo dan Petman, mereka lebih butuh sebuah software program layaknya Samantha yang bisa merespon ketika kita sedang “curhat”, yang bisa dimintai pendapat tentang kehidupan dan yang bisa mengetahui perasaan kita hanya lewat bagaimana cara kita berbicara. Namun seyogya nya kita harus tetap sadar diri bahwa software adalah software, benda ini tidak nyata dan bisa musnah kapan saja. So, apakah anda setuju kalau software sejenis ini dibuat? Dan menurut anda kapan software ini bisa direalisasikan oleh seorang manusia jenius di kehidupan nyata?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H