Mohon tunggu...
arthur
arthur Mohon Tunggu... Wiraswasta - .

manusia biasa yang belum masak dan senang menulis..berharap bisa berbagi informasi lewat kacamata sempit, yang tersimpan diruang kecil di bagian otak saya....mencoba meramu masakan hidup dalam aliran kata-kata, dari bahan berupa mata, telinga, hidung, mulut, dan hati....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Masyarakat Dayak Mengecam Tamrin

5 Januari 2011   21:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:55 789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sosiolog Universitas Indonesia, Prof. Dr. Tamrin Amal Tamagola, menuai kecaman masyarakat Dayak. Pernyataan beliau dalam persidangan terkait kasus asusila mirip Ariel Peterpan di kolom ENTERTAINMENT di laman Kompas.com, Kamis (30/12) lalu, menyebabkan masyarakat Dayak buka suara.

Kecaman tersebut dilakukan dalam bentuk aksi damai masyarakat Dayak mengecam Prof. Dr. Tamrin Amal Tamagola di Bundaran HI, Sabtu (8/1), pukul 11.00-12.00 WIB. Berdasarkan undangan yang disebarkan melalui jejaring pertemanan facebook, ada tiga tuntutan yang diajukan oleh masyarakat Dayak. Yakni, publikasikan hasil penelitian tentang masyarakat Dayak terkait statementnya, permintaan maaf secara terbuka terhadap masyarakat Dayak, meminta lembaga Dayak membawa kasus ke jalur hukum atas pernyataan yang sudah melecehkan/mendiskreditkan suku Dayak.

Hingga Kamis (6/1), sekitar pukul 02.31 WIB, sebanyak 132 orang menyatakan akan hadir dalam aksi damai ini. Sedangkan 1.593 orang masih belum memberikan konfirmasi. Sebelumnya, pada 4 Januari 2011, masyarakat Dayak juga membuat surat terbuka. Sebanyak 23 lembaga/yayasan masyarakat Dayak di Kalimantan mengajukan surat terbuka.

Geram. Itu yang dirasakan oleh masyarakat Dayak atas pernyataan Tamrin : "Dari hasil penelitian saya di Dayak itu, bersenggama tanpa diikat oleh perkawinan oleh sejumlah masyarakat sana sudah dianggap biasa. Malah, hal itu dianggap sebagai pembelajaran seks,".

Saya sebagai orang Dayak, bertanya-tanya atas pernyataan beliau. Dayak manakah yang dimaksudkan dalam penelitian itu? Apakah Tamrin tahu bahwa ada hukum adat dan sanksi yang akan diterima seseorang dalam masyarakat Dayak, bila melakukan perzinahan tanpa diikat oleh perkawinan?

Pernyataan yang keluar dari mulut Tamrin yang berpendidikan tinggi itu, membuat beberapa teman saya di facebook tersulut emosi. Seperti milik teman berinisial MM sekitar pukul 00.30 WIB, tadi. “kl msh brharp NKRI ttp utuh...Jaga mulut n lidah saat bicara, santun dlm brsikap ... kami minoruitas jg pny RASA ...akan sakit kl d cubiti terus ..akan mnjerit jika luka kami d siram cuka ...akan melawan jk kami d injak2 ...kami pny MANGKOK MERAH yg tak mungkin bs mmbendung ratusan mata yg mnangis ..kami pny MANDAU yg akan mmbalas ksakitn yg d RASAkn ...Tanah BORNEO akan brguncang krn HINAAN ini (Marsel : 5 Jan 2011)”

Ada juga status teman berinisial SPVR, Rabu (5/1) kemarin : Makanya, jangan asal nyerocos saja, apalagi nyerocosnya di Pengadilan....Dayak itu banyak bos! Dayak yang mana yang dipake jadi "KELINCI PERCOBAAN" penelitian ini??Kalau hanya beberapa individu saja yg diambil datanya, tidak bisa donk lantas mengatasnamakan "DAYAK" !!”
Ya, masyarakat Dayak mengecam Tamrin, dan menunggu jawab atas tuntutan dalam aksi damai kami.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun