Pernahkah Anda dengar Pak Jokowi membeli Toyota Alphard? Saya pun baru ngeh, setelah beberapa tahun Toyota Alphard warna hitam itu sesekali melintas jalan-jalan di Kota Solo, atau parkir di tempat strategis hotel-hotel berbintang.
Ya, Aphard hitam itu dibeli Pak Jokowi dengan duit APBD. Benar-benar duit Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah Pemerintah Kota Surakarta. Dan, mobil mewah itu lebih 'sering' ditumpangi Pak Jokowi sebagai walikota, dibanding wakilnya, FX Hadi Rudyatmo.
Asal tahu saja, memang hanya walikotalah yang boleh (dan wajib) menumpang Alphard itu, kecuali Pak Jokowi sedang dinas di luar kota. Disebut wajib, sebab memang begitulah aspek kepantasan mengharuskan Pak Jokowi menumpang mobil itu. Sekali lagi, bisa dikatakan wajib, sebab selain Pak Jokowi bisa dipastikan di bangku baris kedua itu terdapat orang lain yang punya kedudukan penting. Bisa jadi ia seorang menteri atau pejabat dari pusat pemerintahan, atau duta besar negara sahabat, atau orang-orang yang dianggap penting menurut tata protokoler pemerintahan.
Ya, memang mobil Toyota Alphard itu sengaja dibeli untuk melayani tamu-tamu superpenting atau VVIP. Sementara, Pak Jokowi sendiri memilih mengendarai Toyota Camry, mobil dinas tinggalan walikota sebelumnya. Dan, sejarah pembelian mobil mewah itu tak jauh-jauh dari watak asli Pak Jokowi dan wakilnya, Pak Rudy. Keduanya dikenal sederhana, sama-sama berasal dari orang kebanyakan.
Rupanya, pembelian Toyota Alphard itu dalam rangka menjaga 'independensi' alias bebas dari ketergantungan perilaku birokrat dan pejabat daerah selama ini, terhadap pengusaha-pengusaha kaya di tingkat lokal. Di Solo, misalnya, ada dua konglomerat yang dikenal royal meminjamkan mobil-mobil mewah mereka untuk keperluan melayani tamu-tamu VVIP pemerintahan. Bahkan, ada satu pengusaha yang sangat royal meminjamkan mobil mewahnya, bahkan sampai mengoleksi aneka jenis mobil, mulai sedan mewah hingga limousin, demi 'membantu' pemerintah melayani tamu-tamu superpenting, yang memang tinggi frekwensi kunjungannya ke Solo dan kota-kota sekitar.
Asal tahu saja, tak cuma Alphard atau Camry keluaran Toyota, Mercedes Benz seri S pun banyak beredar di Solo, terutama S-500 yang jumlahnya, kalau tak salah, lebih dari tujuh buah, dengan semua berpelat nomor AD!
Jadi, Pak Jokowi suka naik mobil mewah? Sebenarnya tidak juga. Setiap tampak naik Alphard, pastilah dalam rangka mendampingi menteri atau tamu pemerintah kota. Tidak etis jika dia tidak menemani, kecuali sang pejabat datang bersama istri.
Kita tahu, sebagai Gubernur DKI pun, Pak Jokowi lebih suka mengendarai Toyota Innova, baik untuk keperluan dinas maupun pribadi. Dulu, ketika masih menjabat walikota, pun Pak Jokowi terbiasa naik taksi dari bandara untuk keperluan perjalanan dinasnya.
Bahkan, Pak Jokowi baru menggunakan mobil sewaan ketika saya perkenalkan seorang sopir mobil carteran bernama Cak Udin, kalau tak salah sekitar 2008. (Detilnya silakan baca Jokowi dan Cak Udin) Rupanya, 'pertemanan' dengan Cak Udin pun berlanjut hingga ketika Pak Jokowi kampanye sebagai calon Gubernur DKI, dua tahun silam, masih menggunakan jasanya.
Pernah saya tanya ajudan Pak Jokowi apakah masih sering menyewa mobil Cak Udin, dijawab dengan anggukan. Semula, saya mengira itu hanya menyenangkan saya. Ketika saya coba menelpon Cak Udin, dijawabnya dengan ucapan terima kasih telah memperkenalkan dengan walikota unik asal Solo itu. Kata Cak Udin, sejak perkenalannya dengan Pak Jokowi, ia hampir selalu diminta jasanya mengantarkan kesana-kemari. Kata Cak Udin pula, Pak Jokowi tak pernah menyewa mobil lebih mahal dibanding Innova. "Nyewa sedan pun belum pernah," kata Cak Udin, lelaki asal Surabaya yang tinggal di Bukit Duri, itu.
Saya pun teringat ucapan Pak Jokowi yang beralasan memilih naik taksi atau menggunakan mobil sewaan jika ke Jakarta. "Lebih rileks dan lebih bebas," katanya.