Polisi II membuka pintu belakang. Dia sorot seluruh ruang bagasi, menyelidik.
Pemilik mobil dan teman ber-udheng tertawa. "Itu dandang dagangan, Pak. Kami beli di Banyuwangi," ujar kedua teman sambil menunjuk empat alat dapur pemberian teman, sambil tersenyum.
Kedua polisi itu bingung. Mungkin pusing menghadapi empat sekawan dari Solo, yang sudah kecapekan nyopir bergantian untuk perjalanan panjang Solo-Banyuwangi PP dengan waktu istirahat yang singkat-singkat.
Bingung karena saat saya memotret nomor polisi mobil patroli, Polisi I menghardik saya dengan meminta kartu identitas. Pemilik mobil yang diminta kartu identitasnya lebih dulu, sudah menolak dengan galak. Begitu pula teman ber-udheng yang dimintai kartu identitas. Dia menolak karena tidak relevan dengan pokok soal kami diberhentikan: lampu kiri depan mati!
Polisi I marah, sebab pemilik mobil sudah berteriak duluan. Dia mengaku tersinggung. Dia saya lantas kutanya baik-baik, di mana letak kesalahan kami. Saya bilang, "Kalau yang disoal lampu depan sebelah kiri, sampai kapan pun tidak bisa saya terima!"
Polisi I tak menanggapi. Dia lebih memilih membahas kemarahan teman yang setiap berkata selalu dengan kekuatan di atas 100 decibel! Saya pun menanggapi, kalau kami tidak dilepas, maka kami memilih ikut mereka ke mana pergi daripada pulang tanpa membawa STNK dan SIM A yang sudah di tangannya. Kami bersikeras tidak mengakui alasan kesalahan yang ditimpakan kepada kami.
***
Adegan selanjutnya, Polisi II menulis surat bukti pelanggaran (tilang). Melihat itu, saya mendekati teman pengemudi. Saya meminta dia tidak menerima lembar merah jambu, tapi meminta lembar biru. Mendengar saran saya, Polisi II mendesak teman saya segera menandatangani berkas surat tilang. Teman saya enggan. Dia ragu tanda tangan sebelum ada jaminan bahwa dia akan diberi lembar biru.
Di tengah suasana yang sudah reda dari ketegangan, Polisi II berkata dengan nada datar, cenderung halus. "Mbok kalau minta lembar biru itu sejak awal. Ini sudah telanjur ditulis, baru minta lembar biru...," katanya.
Kata Polisi II, menulis di lembar biru beda dengan lembar merah jambu. Kami sama-sama tak paham soal itu. Saya hanya iseng saja, karena pernah dikasih tahu teman, kalau ditilang, supaya meminta lembar biru. Katanya, hanya polisi baik yang mau memberi surat tilang berlembar biru.