Sungguh masih ku ingat ...
Sunggingan senyuman tipis menghias wajah seorang kawan
Tak biasanya ...
Kau datang ke petak kami yang sederhana
menyapa dengan hangat tak seperti biasanya
Kemudian pergi berlalu begitu saja
Seakan isyaratkan sebuah rahasia
Empat tahun sebelumnya ...
Kau ikut ukirkan cerita
Tentang sebuah perkenalan alam raya
Dalam pekan yang penuh nuansa cerita
Ikut kuatkan raga dan teguhkan jiwa
Dalam bentukan pegangan prinsip yang nyata
Hari berlalu dalam lautan ilmu
Mencoba berlaku jujur pada kalbu
Bahwa sisi hidup yang satu ini juga sangat perlu
Sbagai bekal torehkan cerita seru dalam hidupku
Bersama kita baca hari-hari itu
Menapakkan langkah menggapai cita-cita kita bersama
Untuk besarkan GAPADRI kita
Ketika hari itu tiba ...
Rencana tinggal lah rencana
Tuhan berkuasa atas segalanya
Engkau kembali hadir dihadapanNya
Dengan perantara sesuatu yang engkau cinta
Kami semua terhempas dalam pilu yang nyata
Seakan tak percaya kau telah tiada
Kawan berduka ...
Sahabat berduka ...
Adik-adik berduka ...
Gapadri merana ...
Begitu cepat engkau berlalu
Tinggalkan kami dalam haru biru
Inikah yang engkau sebut "berkorban untuk sebuah prinsip ?"
Inikah yang engkau maksud "berjuang sampai akhir hidup ?"
Kak, Kawan, adik ...
Begitu besar pengorbanan bagi kemajuan Gapadri kita
Begitu hebat proses goresan ceritanya
Akankan rela kita biarkan menguap sia-sia
Kemudian, dibiarkan hilang tak berbekas walau dalam angan kita
Berlakulah adil pada dia yang sudah tiada
Tetap kenang semangatnya
Sebagai tonggak yang slalu menyangga cita
Kawan, tujuh tahun sudah
Tetap terlindung disisi hati
Dalam keabadian yang hakiki
Doa kami slalu menyertai
Semoga engaku bahagia disisi ILAHI ROBBI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H