Mohon tunggu...
Adnan Azhari
Adnan Azhari Mohon Tunggu... Freelancer - Biasa aja, gak usah kepo!

Tidak perlu dikasih tau

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tentang Seorang Wanita yang Mengagumi Sungai

13 Juli 2016   17:36 Diperbarui: 13 Juli 2016   17:40 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“oh ya Winarti, kapan kau akan muncul kembali setelah pergi tanpa permisi?”

Aku akan mengajakmu nanti, ke sebuah tempat di tepi sungai, tepatnya di tanggul yang paling tinggi. Di sana kita akan menyaksikan pemandangan yang jarang sekali kau lihat, dari atas tanggul itu kita akan melihat jembatan buatan Belanda yang masih kokoh sampai sekarang. Jembatan itu yang menghubungkan jalur pantura dengan jalur alternativ menuju Cirebon. Jika kita melihat ke arah selatan kita akan melihat pipa besar yang di topangi besi-besi berkarat, besi-besi yang menghubungkan pipa agar lebih tabah menyeberangngi sungai Cimanuk.

“Winarti, sayangnya kau tak perna ada saat aku berada di sungai ini!”

Bagiku, Cimanuk bukan sekedar sungai biasa, bukan sungai yang mengalir airnya selalu landai, kadang ia bertingkah binal seperti kerasukan, Tapi, ajaibnya sungai ini adalah selalu memberikan pesona yang tak terkalahkan ketimbang sungai lainnya.

Setiap pagi dan sore, sepanjang musim kemarau, banyak sekali berduyun-duyun Urang-ayu yang sering bertengger di bibir sungai, Urang ayu sendiri adalah sebutan untuk wanita yang mandi di sungai, baik tua maupun muda. Mereka kerap kali mandi di sungai, mencuci baju dan bermain air. Ini memang benar-benar terjadi. Tanpa rasa malu kadang mereka juga sengaja memamerkan tubuhnya yang sintal, sehingga membuat orang yang melewati sungai itu gagal fokus dengan tujuannya. Mereka senang jika ada yang mensoraki dari atas jembatan, kadang ada juga yang merasa malu dan melipat tubuh mereka dengan tapih.

Ketika musim hujan tiba, tak tampak satupun Urang ayu yang bertengger di bibir sungai, mereka bermigrasi, mencari tempat mandi yang lain, kebanyakan mereka mandi di Balong, sumur dan air yang sengaja mereka beli ke tetangga mereka yang memasang air PDAM, orang-orang menamaknnya ngangsu.

“apakah kau tau Winarti, seperti apa binalnya Cimanuk?”

Ini biasannya terjadi setelah musim kemarau berhenti, ketika musim hujan tiba, ketika di hulu sana diguyur hujan, dan airnya tak tertampung hingga Cimanuk menjadi solusi dibukanya pintu air di Rentang sana!

Cimanuk menjadi binal, seperti kerasukan mahluk halus yang meminta tumbal, airnya mengalir teramat deras, kadang saat seperti inilah yang ditunggu-tunggu penambang pasir, mereka anggap sebagai hari libur, karena saat sungai deras pasir sulit didapat, tak jauh bedanya dengan penambang perahu, mereka para penambang biasanya menghabiskan waktu mereka diwarung kopi yang sengaja dibangun dekat penyebrangan, menunggu sungai itu surut yang tiba-tiba banjir lagi.

Cimanuk. Nama yang sederhana, seperti panorama yang disajikannya, sungai besar yang teramat murung. Sepanjang alirannya selalu dirundung kenangan yang selalu terbendung.

Maaf Winarti, hingga hari ini aku tak sempat mengajakmu kemari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun