Mohon tunggu...
Wara Gunawan
Wara Gunawan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Sarjana Komputer, karyawan swasta, wanita mandiri, olahraga...hmmmmm....of cause!!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Buku yang menampar, menyentuh, dan membangun

27 Oktober 2011   03:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:27 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kuno, aneh, pendiam. Itulah kesan yang sinetron tampilkan tentang kutu buku dan juara kelas.

Bahkan di surat kabar, forum, dan juga kompasiana, tulisan dengan judul menggunakan embel-embel kata "buku" kurang diminati.

Hasilnya, para remaja yang tentunya tak mau dicap ”aneh”, ”ndeso”, atau ”katrok”. Mereka lantas  memilih untuk menjauh dari toko buku dan perpustakaan. Mereka lalu mengikuti gaya seleb Korea yang dinilai ”keren”, dan ”populer”.

Tapi tunggu, penampilan mirip orang lain, dan tidak ada wawasan sama sekali, tiap hari hanya ”chatting” dan BBM, apakah itu keren? (maaf terlalu ekstrim)

Saya sempat kaget saat tiga tahun lalu sepupu saya menyatakan ingin menjadi pustakawan di negeri paman Sam. Mendapat beasiswa di Belanda memperlancar jalannya itu. Pustakawan??? Profesi yang jauh dari favorit di Indonesia.

Iseng saya mencari tahu seperti apakah perpustakaan di Amerika Serikat. Ternyata, perpustakaan-perpustakaan umum di Amerika Serikat memiliki kegiatan-kegiatan rutin yang disediakan untuk warganya. membaca buku bersama.Misalnya ”story tellingBuku yang terpilih untuk disajikan, dibacakan dengan sangat menarik oleh seorang staf perpustakaan. Khusus untuk anak-anak, buku dibacakan biasanya dengan melibatkan seluruh anak yang hadir dalam ceritanya, dan diselingi kegiatan mewarnai, menari dan menyanyi untuk menghilangkan kebosanan anak. Sangat jauh dari kesan seram. Ada pula ruang multimedia untuk mengakses internet, musik, dan film. Ternyata perpustakaan bisa sangat nyaman yah!!

Meskipun di Indonesia belum ada ruang publik seperti itu, tak ada salahnya kita mampir ke toko buku, membuat perpustakaan pribadi,lalu tenggelam dalam ratusan buku, punya wawasan luas, update terhadap berita-berita nasional dan internasional, bukankah sangat keren?! Seperti cita-cita saya sejak kecil, yaitu: punya ruangan khusus, kedap suara, yang empat sisinya diisi penuh dengan rak buku dan buku-buku dari penulis kesayangan, ada musiknya juga..Baca buku sambil mendengarkan musik, hmmmmmm *membayangkannya saja sudah sangat menyenangkan*

Jum’at, 21 oktober 2011, Saya cukup tersentuh, tertampar, dan terbangun kala menonton puncak peringatan hari aksara internasional di statiun TVRI, saat Ibu Yohana (24 th) asal papua, bercerita tentang dirinya yang saat ini sudah bisa membaca dan menulis. Kemudian Wahyu Mulyono (asal suku badui), setelah bebas dari buta aksara dia mengabdikan dirinya menjadi tutor dibidang tersebut untuk membantu saudaranya yang lain.

Betapa beruntungnya kita dapat membaca di tengah  8,3 juta penduduk Indonesia yang buta aksara.

Saya juga sangat terkesan saat membaca sejarah Jepang, pasca pengeboman Hiroshima-Nagasaki, tahun 1945. Jepang jelas-jelas hancur, luluh lantak, baik nyawa manusia yang terbunuh akibat jatuhnya bom atom juga harga diri sebagai bangsa yang berdaulat. Dalam kondisi yang serba hancur, Kaisar Hirohito (Kaisar Jepang saat itu) berusaha membangun kembali negaranya.

Kaisar Hirohito paham bahwa bangsanya berada di titik terendah, semangat dan harga diri sebagai bangsa telah jatuh. Walaupun Kaisar Hirohito pedih akan tetapi tidak sibuk berkutat untuk memerintahkan menghitung nyawa rakyat Jepang yang terbunuh, tentara yang gugur dalam medan peperangan atau armada perang yang tertembak musuh, dan lain-lain. TIDAK. Kaisar Hirohito paham dan sadar, yang paling penting adalah bangkit kembali dari keterpurukan dan berusaha melanjutkan hidup. Perintah Kaisar Hirohito sungguh mencengangkan " Kumpulkan jumlah guru yang masih tersisa/hidup."

Saya pun segera meluncur ke toko buku terdekat, dan tenggelam dalam dunia tanpa batas..

.

Punya gaya sendiri..

Punya wawasan luas..

Selamat pagi dunia.. Selamat pagi teman-teman...Selamat pagi,buku..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun