Guru yang haus akan pengetahuan, adalah seorang pendidik yang memiliki nafsu dan semangat besar untuk terus belajar dan mengembangkan wawasan serta keterampilannya. Guru semacam ini terlihat dari beberapa indikator yang dimiliki yaitu antusiasme belajar, keterbukaan terhadap perubahan, dan kesediaan berbagi.
Ada 2 jenis guru yang saat ini sering dibicarakan yaitu Guru biasa dan guru penggerak. Saat diskusi, lokakarya, webinar guru kedua jenis guru ini sering dibandingke (bandingkan-red).
Saat diskusi guru melalui online, sering saya mendengarkan keluh kesah guru tentang guru penggerak. Guru Penggerak di istimewakan, digelontori uang,sering meninggalkan kelas, bla-bla. Saya hanya tersenyum mendengarkannya. Karena diujung curhatannya, usianya sudah lebih 50 tahun, dan ingin menjadi guru penggerak juga, cuman terbentur batasan usia.
Tapi ditulisan kali ini saya membagi 3 jenis katagori guru yaitu Guru biasa, guru penggerak dan guru rebahan. Jadi nambah satu lagi. Yaitu jenis guru rebahan.
***
Apa itu Guru Biasa, Guru Penggerak dan Guru Rebahan?
Secara harfiah, sahabat pendidik, Kompasianer tentu sudah mengerti arti ketiga kata tersebut yaitu biasa, penggerak, dan rebahan. Dan dua jenis kata menjadi penyebab pembelahan profesi guru menurut persepsi seorang pengamat pendidikan.
Tapi bukan itu maksud saya dalam tulisan ini. Ojo dibandingke, guru biasa, guru penggerak dan guru rebahan. Tapi diambil sisi positipnya dan menjadi inspirasi bagi guru meningkatkan pengembangan diri dan kompetensi masing-masing secara berkelanjutan diera digital.
***
Guru Biasa
Guru Biasa adalah kepanjangan dari Belajar, Interaktif, Aktif, Sistematis dan Aspiratif. Seorang guru harus memiliki kelima aspek tersebut sebagai seorang guru yang profesional.
Guru tentunya harus terus belajar. Karena belajar itu sepanjang hayat. Menurut Presiden Joko Widodo, upaya belajar sepanjang hayat atau lifelong learning tidak sebatas lagi narasi, melainkan bisa mengubah kehidupan masyarakat.