Ditemani secangkir kopi hitam dan sepotong roti coklat, saya ingin sedikit berbagi cerita menulis di Kompasiana selama 13 tahun. Saya dalam menulis bukan perajin kata-kata seperti kompasianer lainnya yang baru 2-3 tahun sudah berlencana penjelajah dan bercentang biru.
Sampeyan sih gak punya Ordal?, "Apa sih itu ordal?". Tanyaku balik pada seorang teman yang memberikan sebuah pertanyaan. "Memang menulis di Kompasiana, harus punya Ordal?". Tanyaku lagi.Â
"Menulis di Kompasiana tidak perlu pakai Ordal, mas?. Sampeyan itu menulis saja disana, nikmati tiap rangkaian kata yang Anda sulam menjadi sebuah kalimat." jelasku lagi.
Temanku itu hanya tertawa terkekeh. "Makanya Bro, sampeyan kalau ada ajang temu sesama Kompasianer yang diadakan di jakarta, datang!, berkat Anda datang kesana, bisa saja ordal ada yang dekat dengan sampeyan mas.
***
Itu hanya sedikit obrolan dengan seorang teman yang juga Kompasianer. Saya memang cukup lama berada di Kompasiana sejak Januari 2011. Sampai bulan januari 2024 berarti saya telah 13 tahun di Kompasiana.
Setelah waktu berjalan 13 tahun di Kompasiana, baru saya memperoleh lencana Penjelajah, dua hari yang lalu setelah memperoleh poin 10.001. Ya, untuk naik ke lencana Penjelajah kita harus mengumpulkan poin sebanyak sepuluh ribu satu.
Bagi saya menulis di Kompasiana adalah sebuah hobby. Bukan ingin mengejar K-Reward ataupun tulisannya masuk Infinite, dan lainnya. Karena kalau niatnya seperti ingin mendapatkan embel-embel, pasti akan berakhir dengan kecewa.Â
***
Banyak penulis Kompasiana yang secara rutin menulis malah hilang tanpa jejak. Ada juga beberapa akun yang terblokir. Karena melanggar ketentuan menulis di Kompasiana disebabkan plagiarisme yang melebihi 25 persen.Â