Keselamatan berkendara di jalan raya menjadi bagian utama saat berlalu lintas. Ironisnya, tidak semua orang saat berlalu lintas mempunyai kesadaran dan tingkat kecerdasan yang sama. Bagaimana caranya menumbuhkan budaya tertib, disiplin, dan cerdas berlalu lintas?
Budaya berlalu lintas
Seberapa tinggi budaya berlalu lintas, pada diri kita sendiri? Saat berkendara, di jalan yang sepi. Dan berada di lampu lalu lintas, saat berwarna merah tetap kita terobos? Atau berhenti, sesuai aturan?
Pertanyaan ini tentunya kita sendiri yang bisa menjawabnya. Kadang kita sudah tertib, mentaati aturan rambu lalu lintas, orang lain yang melanggar. Akibatnya mencelakakan diri kita sendiri.
Pengalaman yang pernah saya alami saat di jalan raya, berpapasan dengan orang lain yang melawan arus. Saat ditegur dan diingatkan kalau itu salah. Malah tidak terima, misuh dengan nada tinggi.
Inilah potret berlalu lintas yang terjadi. Kurangnya kesadaran, ingin menang sendiri, tidak peduli keselamatan diri dan orang lain. Menjadi pemicu makin tingginya kecelakaan berlalu lintas di jalan raya.
Menurut WHO di Indonesia tingkat kecelakaan lalu lintas menempati peringkat lima yang menyebabkan kematian. Penyebab utama minimnya disiplin berlalu lintas
***
Bahkan dalam catatan kepolisian, kecelakaan lalu lintas jadi pembunuh nomor dua di dunia. Sudah selayaknya, setiap pemakai jalan baik saat berkendara, ataupun tidak mematuhi aturan dan rambu-rambu lalu lintas yang dipasang di jalan raya.
Beberapa faktor penyumbang kecelakaan berlalu lintas yaitu:
1. Faktor Manusia
Berkendara saat badan lelah dan mengantuk karena tidak tidur, paling banyak menjadi penyebab utama kecelakaan lalu lintas. Kalau terasa ngantuk dan badan sudah lelah.Â