Selepas senja Mang Ujun dan istrinya berkunjung ke rumah Pak Mufid. Baru saja, pintu pagar rumah di bukanya, hujan turun dengan derasnya. Buru-buru mang Ujun dan istrinya menuju teras rumah, dan mengetuk rumah Pak Mufid.
"Assalamualaikum, pak guru" salam Pak Ujun sambil mengetuk pintu.Â
Kedua suami isteri itu memang biasa berkunjung ke rumah pak guru Mufid. Ibu Ujun biasa, mengambil upah mencuci baju. Di balik pintu, seorang laki-laki membukakan pintu, sambil menjawab salam Pak Ujun.
"Walaikum salam, silahkan masuk Pak Ujun", ucap Pak Mufid sambil tersenyum pada keduanya.Â
"Diteras saja Pak Mufid, sambil mengobrol" sahut Mang Ujun sambil duduk di kursi rotan yang ada diteras rumah.
"Tunggu sebentar Mang Ujun, dibuatkan kopi. Sambil ngobrol rasanya kurang seru kalau tidak ditemani secangkir kopi dan singkong rebus" timpal Pak Mufid.
***Â
Bu Ujun sambil membantu isteri Pak Mufid melipat pakaian, keduanya juga terlibat percakapan. Pak Mufid ke dapur, membuatkan kopi dan membawanya ke teras depan.
Sepiring singkong rebus juga menemani keduanya. Asap mengepul di sela-sela singkong rebus, pertanda baru diangkat dari kukusan. Pak Mufid memberikan rokok kretek yang dilinting kepada Mang Ujun.Â
Keduanya tengah asik duduk santai dikursi rotan sambil menikmati derasnya guyuran hujan. Hampir 6 bulan desa ini kemarau melanda. Anak sungai yang ada di desa ini sudah kering kerontang, tidak ada setetes air pun terlihat disela-sela batu sungai.
Warga desa setiap hari mengangkut air berjalan kaki puluhan meter ke anak sungai yang ada mata air di desa sebelah. Tidak ada pompa air bersih di desa ini. Karena mesin penarik air yang dialirkan ke desa ini sudah rusak setahun yang lalu.