Samarinda, Kalimantan Timur | Ada yang berbeda, sampai dengan di akhir bulan Juli 2022. Di beberapa kelas, banyak siswa yang mengalami sakit. Khusus, di Kelas tempat penulis mengajar, siswa yang tidak hadir karena sakit, secara klasikal mencapai 34 (2%), Izin 0 (0%), dan tanpa keterangan 2 (0,11%), dari jumlah keseluruhan siswa di dalam kelas
Jumlah siswa yang sakit perbulannya, naik secara signifikan. Beberapa keluhan yang dialami siswa, diantaranya sakit kepala, batuk pilek, badan panas dan demam, mual dan muntah.Â
Beberapa siswa, meminta izin sakit sampai 1-6 hari, sampai dengan sembuh. Hal tersebut membuat, grafik jumlah sakit, menjadi naik mencapai 2% secara klasikal.Â
Di awal tahun ajaran baru, 2022-2023, sudah menjalankan Pembelajaran tatap muka (PTM) secara 100%, dan siswa belajar normal seperti biasa lagi. Kembalinya, siswa belajar seperti biasa, di dasarkan Surat Edaran (SE), Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Kota Samarinda, nomor : 421.2/5143/100.01/2022, melaksanakan pembelajaran tatap muka 100% (secara luring/luar jaringan) di setiap satuan pendidikan dari PAUD/TK, SD dan SMP.Â
Diikuti dengan aturan lainnya, dengan tetap menerapkan protokol kesehatan, dan melaporkan hal-hal yang berindikasi terjadinya penyebaran covid-19.
Dipenghujung bulan Juli, di kota Samarinda, semua kecamatan mengalami zona kuning, untuk peningkatan kasus covid-19. Sempat melandai, dan berada di zona hijau.Â
Banyaknya siswa sakit, juga terkait dengan perubahan pola belajar siswa, yang sebelumnya secara daring (online), kemudian tatap muka terbatas, dengan rasio siswa 50%, yang dibagi 2 sesi. Dan tiap sesi, pembelajaran dilaksanakan selama 2 jam pelajaran (JP), tanpa jeda istirahat. Selanjutnya, digantikan siswa, yang masuk sesi 2.
Sekarang, siswa belajar full time, sesuai jadwal pelajaran normal dikelas. Di sekolah penulis, dibagi menjadi 2 shift, yaitu pagi dan siang. Untuk shift pagi dimulai jam 07.15-12.05 wita, dan shift siang, dimulai jam 13.00-17.30 Wita.
Sehingga, faktor kelelahan, dan penyesuaian jam belajar di sekolah, yang penuh tanpa dibagi sesi. Membuat siswa yang kondisi fisiknya kurang fit, menjadi sakit.
Pembelajaran tatap muka (PTM), memang sangat dibutuhkan untuk mengejar ketertinggalan siswa akibat pandemi covid-19 dalam dua tahun terakhir. Namun, kesehatan siswa tetap menjadi prioritas. Sehingga siswa yang sakit, tidak dipaksakan turun kesekolah, dan mengikuti pelajaran.Â
Menyikapi, naiknya kembali covid-19, secara nasional, Mendikbud ristek membuat Surat edaran baru, tertanggal 29 Juli 2022, yang mengatur tentang panduan penyelenggaraan pembelajaran di masa pandemi Covid-19.


peran serta orang tua, guru, dan warga sekolah, dalam mencegah penyebaran kembali covid-19, sangatlah penting. Bila ada siswa yang sakit, sebaiknya tidak ke sekolah, dan beristirahat dirumah sampai dengan sembuh.
Untuk meminta izin tidak masuk kesekolah, dikarenakan sakit, orang tua cukup berkirim pesan melalui whataaps (WA) group masing-masing kelas. Sehingga, setiap harinya, sekolah bisa memantau group wa kelas, siapa saja yang tidak masuk. Dan memberikan analisis, apakah ada tren siswa sakit secara bersamaan di tiap kelas.
Memang siswa hampir 99% sudah di vaksin, secara klasikal sudah mempunyai kekebalan komunal, untuk mengikuti pembelajaran tatap muka. Namun, perubahan iklim, yang terkadang tak menentu, pagi bisa hujan, siang panas, sore hujan lagi. Bisa jadi, penyumbang penyebab banyaknya siswa yang sakit.
Selain juga, perilaku siswa yang kurang menjaga pola makan, dan  kurang menjaga kebersihan, bisa menjadi faktor lain, menjadi sakit. Karenanya, guru selalu menjaga komunikasi yang baik dengan siswanya ditiap kelas melalui group wa.Â
Bila ditemukan kejadian siswa banyak sakit, tidak mesti harus diliburkan sekolah secara keseluruhan. Cukuplah siswa yang sakit, tidak turun dulu ke sekolah, dan memulihkan kondisi tubuhnya sampai sehat. Sehingga tidak menulari siswa yang lainnya di dalam kelas (*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI