Karena ruang kelas yang tidak dapat menampung banyaknya jumlah siswa, maka untuk kelas 3 dan 4, diturunkan siang. Kalau Aku tidak naik kelas, itu artinya Aku tetap turun pagi.
Penyebab tidak naik kelas, jarang hadir di kelas, dan tidak bisa membaca. Aku jadi bingung, bagaimana, kalau orangtua di panggil ke sekolah. Dan dijelaskan penyebab tidak naik kelas.
Bisa kiamat!, pulang ke rumah pasti mendapatkan hukuman dari orang tua. Karena orang tua tahu, Aku tidak pernah barang seharipun, tidak berangkat ke sekolah.Â
Cuman masalahnya, membolos, dan masuk ke dalam hutan. Begitupula dengan Mukli. Kami menjadi pesakitan, senasib sepenanggungan.
Aku dan Mukli memutar otak, bagaimana kalau kami berdua tetap harus naik kelas. Hehehe..anak SD, kelas 2, sudah bisa memutar otak, supaya bisa tetap naik kelas. Bagaimana caranya?.
Rapor sudah diterima, tapi tidak di serahkan dengan orang tua. Semalam-malam, Aku memikirkan bagaimana caranya menyulap coretan naik, dibuku raport, bisa berubah menjadi tidak naiknya yang dicoret. Sehingga, kalau tidak naik dicoret, maka artinya naik Kelas 3.
Sesuatu yang sangat berat, bagi Anak yang duduk di kelas 2. Mukli juga bingung dan takut dengan orang tuanya. Bagaimana caranya menyerahkan rapor ini ke orang tuanya.Â
Pastilah orang tua akan marah dan murka, bila mengetahui kami tidak naik kelas. Akhirnya, aku punya ide, coretan pada naik, kami kasih air, kemudian dikikis pelan-pelan, menggunakan  uang logam.
Kami, mengikisnya hati-hati, jangan sampai kikisan tersebut, membuat kertasnya berlubang, ataupun tersobek.Â
Akhirnya, usaha tersebut membuahkan hasil. Coretan Pak guru, pada kata naik, hilang, walaupun ada bekas-bekas penghapusan garis tersebut. Kemudian kami garis tulisan tidak naik, sehingga menjadi naik ke kelas 3.
Begitu gembiranya, aku dan Mukli. Dan orang tuapun, tidak marah. Karena, mereka melihat coretannya tidak naik, yang melambangkan Aku dan mukli naik kelas 3.Â