Mohon tunggu...
Riduannor
Riduannor Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Citizen Journalism

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menjadi Anak yang Kenyang Di-bully pada Masa Kecil

25 Juli 2022   15:08 Diperbarui: 25 Juli 2022   15:11 2132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bullying anak | sumber poto pelatihanparenting.com

Saya kebablasan, karena seringnya membolos, dan bersembunyi dihutan. Hampir setahun saya membolos sekolah, hehehe...Blas, dijaga, atau tidak dijaga, Umar, urin, Dkk, saya tetap membolos sekolah.

Kalaupun sampai ke sekolahan, tetap juga mendapatkan hukuman dari  Pak Guru, karena tidak bisa membaca, dan juga tidak mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR), yang diberikan  Pak Guru.

Berdiri didepan kelas, dengan kaki satu diangkat, dan kaki yang menyangga badan, dikasih lingkaran kapur tulis. Dan tidak boleh keluar lingkaran, bila cape, boleh berganti dengan kaki yang satunya. 

Dan hukuman biasa berjalan, sampai dengan jam istirahat. Dan bukan hanya sendiri, biasa diikuti 4-5 teman, yang sama-sama tidak mengerjakan tugas dan mengumpulkannya di kelas.

Berangkat dan sampai kesekolah, mendapatkan hukuman dari Pak guru, karena tidak mengerjakan PR. Atau di jaga dijalan oleh Umar,Urin cs. Umar dan urin ini, kakak beradik. 

Saya memilih membolos di dalam hutan. Bisa membolos, diatas bukit disekitar lapangan bola yang luas. Atau berada dipinggir anak sungai yang ada di dalam hutan, duduk-duduk dipinggir sungai, sambil menunggu waktu sekolah berakhir.

Kadang hanya membolos sendiri, terkadang ada teman, yang sama. Yang sering mendapat hukuman dari Pak Guru di kelas karena tidak mengerjakan tugas dirumah, atau mendapatkan bullyan, kekerasan verbal dan pisik dari Umar, urin, Cs.

Namanya Mukli, dia juga senasib denganku. Kalau di sekolah sering mengalami hukuman dari Pak Guru, dan juga sering di cegat dijalan oleh Umar urin, Cs. Mukli lebih parah lagi, bukan hanya di bully secara verbal dan pisik, setiap ada uang jajannya dirampas oleh mereka.

Sehingga Aku dan Mukli, sama-sama membolos di dalam hutan, ataupun berenang dianak sungai, sambil menunggu selesainya waktu sekolah, dan kemudian menyaru sama-sama pulang kerumah, bersama anak-anak sekelas atau beda kelas, yang lewat dijalan setapak.

Tidak Naik Kelas Tiga

Akibat sering membolos sekolah, dan juga tidak bisa membaca, akhirnya Aku dan Mukli tidak naik kelas. Zaman dulu, memang tidak ada yang namanya Komisi perlindungan anak, dan juga komisi HAM. 

Sehingga kekerasan di sekolah berupa perundungan, baik secara verbal dan pisik, menjadi hal yang biasa. Konon, orang tua yang ada di kampung, tempat saya tinggal, berasal dari SD yang sama. Karena hanya ada satu SD yang berdiri di kampung ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun