Sepeda  memang bervariasi, dari yang jadul sampai yang sudah modern. Harganya juga, dari satu digit hingga puluhan juta rupiah. Namun merek dan harga bukan masalah. Yang penting bisa berolahraga, menyalurkan hobi, dan bisa mengayuh sepeda bersama.
Bukan hanya gowes minggu pagi, beberapa komunitas gowes secara rutin beramai-ramai setiap kamis dan sabtu malam, berkeliling kota tepian.Â
Sepeda onthel, sekarang yang terlihat jadul banget, sudah tua umurnya. Kalau zaman Hindia Belanda pada 1910-an, biasa digunakan oleh pegawai kolonial dan para bangsawan. Selanjutnya oleh para misionaris, dan saudagar kaya. Harga sepeda waktu itu sangat mahal, setara dengan 1 ons emas.
1 Ons emas, sama dengan 28,35 gram, kalau di rupiahkan sekarang 19 juta satu buah sepeda onthel. Sedangkan rakyat jelata, hanya mampu membayangkan menaiki kereta angin, sebutan untuk sepeda masa kolonial belanda.
Sekarang sepeda angin, sudah canggih, dan modern. Inovasi sepeda terus berkembang, dengan makin banyaknya penggemar olahraga gowes. Bahkan sebuah sepeda saat ini, bisa mengalahkan harga sebuah mobil. Misalnya saja sebuah sepeda 24k Gold ekstreme Mountain Bike, harganya Rp.14,4 miliar.Â
Ada sepeda yang sangat pas buat wanita, yang didekorasi dengan pola merah muda dan ungu oleh Damien Hirst, namanya Trek Butterfly Madone, harga sekitar $500.000, setara dengan Rp. 7,2 miliar.
Wow, coba dibayangkan sebuah sepeda seharga demikian, bisa dibelikan rumah mewah, lengkap dengan fasilitasnya disebuah perumahan elit. Bisa dibayangkan, kalau gowes dengan seharga Rp.14,4 miliar, atau Rp.7,2 miliar, apa tidak dibegal ditengah jalan.
Memang, sepeda dari jaman dulu sampai sekarang, tidak ada matinya. Sepeda sudah menjadi lifestyle, bagi setiap orang yang menggemarinya. Mari gowes, diminggu pagi. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H