Mohon tunggu...
Yos Mondo
Yos Mondo Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Epidemiolog

Sabar, Penyayang dan Berempati

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Perumpamaan dengan Dua Kantong

29 Mei 2013   07:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:52 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang karyawan swasta memiliki dua kantong, yang satu alasnya berlobang dan yang satunya lagi alasnya tidak berlubang. Kedua kantong itu, Ia gunakan untuk mengisi segala aktivitas atau perilaku yang ia peroleh dan ia lakukan setiap harinya. Segala yang buruk baik tutur kata maupun tindakan yang ia peroleh dan ia lakukan dimasukkan kedalam kantong yang alasnya berlubang. Sementara itu segala yang baik ia masukan dalam kantong yang alasnya tidak berlubang.

Perumpamaan singkat terdahulu, mengisyaratkan bahwa sebagai manusia yang ingin berkembang, janganlah kita tergiring dan berlarut-larut dalam segala masalah yang menurut kita kurang menyenangkan. Jangan kita iri hati, sombong dan dendam dengan sesama. Jangan pula kita larut dalam penyesalan yang panjang. Pesimis yang berlebihan boleh kita hilangkan. Namun ada hal yang menarik dari permasalahan ini, dalam arti bahwa kita jangan terburu-buru memasukan segala yang kurang baik kedalam kantong yang alasnya berlubang. Sejenak kita perlu merefleksikan dari semuanya itu. Mungkin ada sedikit sari yang terkandung dalam segala yang kurang atau tidak menyenangkan itu dan itu menjadi rujukan untuk kita benahi di kemudian hari. Ada kata bijak yang mengatakan jika anda merasa takut janganlah terlalu takut dan jika anda merasa benar janganlah terlalu berani. Selain itu, banyak juga hal menarik dan menyenangkan yang kita temui dan peroleh dalam keseharian kita. Hal inilah yang perlu dimasukkan secara baik di dalam kantong yang alasnya tidak berlubang. Maksudnya bahwa ini menjadi pedoman dan dasar bagi kita untuk tetap mempertahankan segala hal yang menyenangkan ini, atau kegiatan yang kita anggap berhasil. Janganlah kita cepat merasa puas dengan yang telah kita anggap berhasil itu. Jadikan itu sebagai motivasi untuk dapat melakukan sesuatu yang lebih baik lagi. Tetaplah berpikir optimis dengan semua rencana dan cita-cita kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun