IMPLIKASI kongkret dari kemunculan internet adalah lahirnya begitu banyak jejaring/media sosial. Hingga detik ini, ada beraneka rupa aplikasi media sosial yang sudah tercetus. Sebagian, ada yang lantas tenggelam karena kalah bersaing dengan kompetitor. Sebagian lain, terus memperkaya diri dengan tur- tur penunjang yang memanjakan users.
Jejaring/media sosial seperti Facebook, Twitter, Path, Instagram, adalah sebagian contoh yang hingga kini bertahan dengan keunggulan masing masing. Tanyakanlah pada kaum muda di sekitar, apakah dia punya akun di setidaknya satu jejaring sosial tersebut? Bisa diprediksi, jawaban mereka akan seragam: punya.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi lambat laun menggeser kebiasaan dan kebutuhan masyarakat. Memiliki akun jejaring sosial, seakan
sudah menjadi kebutuhan standar. Khususnya, bagi mereka yang perlu alternatif wadah berekspresi dan menunjukkan eksistensi. Tidak salah memang. Namun, perlu pengetahuan dan kebijaksanaan yang benar. Supaya, kepemilikan akunakun tersebut dapat bermanfaat nyata. Bukan malah, memberi efek jelek di kehidupan bermasyarakat.
Sementara itu, terdapat pula variasi platformaplikasi chating lain yang tak kalah semarak. Sebagai misal, media sosial BlackBerry Messenger (BBM). Menurut data www.internetsehat.id, hingga Januari 2016, aplikasi ini tergolong palingfamilier digunakan masyarakat Indonesia. Selain itu, tersebut pula aplikasi WhatsApp, Pinterest, Line, Google+, dan WeChat.
Pilihan yang begitu banyak, membuat publiklebih  eksibel menentukan mana yang sesuaidengan kebutuhan. Biasanya, tergantung dari mana yang paling akrab dengan komunitas masingmasing. Sebab, aplikasi yang dimaksud selalu memberi ruang privat berupa grupgrup yang dapat dibentuk secara mandiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H