[caption caption="foto menulis / sumber. www.apiideologi.wordpress.com"][/caption]Menulis bukan hanya merangkai kata-kata, menghubungkan antar kalimat, bercerita dalam tinta dan kertas. Menulis adalah nyawa. Aku masih bernyawa karena  aku  menulis, jika aku berhenti menulis maka aku sudah mati. Tamat riwayatku. Akhir hidupku ketika aku sudah tidak bisa menulis.  Â
Menulis adalah jantungku. Menulis adalah nyawaku. Aku menulis karena aku belum mati. Tanggan dan jemariku adalah tinta yang tak akan pernah berhenti menjatuhkan ke hurup dan angka di laptok buruk ku.
Aku hidup karena aku menulis. Ucapanku sangat kecil, jemarikulah yang membuat aku besar. Tinta yang menjadi kata-kata menyebar bagaikan virus yang menyebar tak tentu arahnya. Â Sulit mencari vaksinya, obatnya. Â
Kata-kataku adalah peluru yang dapat menusuk jantung, menembus batas dan zaman-zaman. Entah itu zaman anak hingga cucu cecetku.
Aku masih kecil, tulisanku masih labil. Aku masih anak-anak, namun menulis membuat aku lebih dewasa. Aku menulis agar tidak dilupakan oleh waktu, oleh zaman, oleh era, dan oleh dunia.
Dunia ini begitu luas untuk aku jajaki, dunia ini begitu mahal untuk aku beli. Duniapun tidak mau mendengar ucapakku. Aku ingin menulis agar dunia yang luas ini dapat jadi kecil, dunia yang mahal untuk dibeli agar dibayar murah. Aku menulis agar dunia membacanya. Â Nyawaku adalah tulisan. Harga diriku adalah menulis.
Tak ada artinya hidupku tanpa tinta-tinta, tanpa sebuah tulisan. Meski tulisan itu hanya aku sendiri membacanya, hanya anak-anak kecil yang tak tahu maksudnya. Aku menulis agar aku tahu siapa diriku sesungguhnya.Â
Lepaskan semua bebanmu, lupakan semua deritamu, lepaskan semua keluhmu, lepaskan semua kesusahanmu, ungkapkan semua inspirasi dan gagasanmu. Tulisalah agar engkau tahu mana jalanmu.
Ingatlah. Dibatu nisan kelak aka ada tulisan atas namamu, tanggal lahirmu, dan waktu matimu. Engkau akan dilupakan jika engkau tidak menulis. Engkau akan diingat jika engkau menulis. Walau hanya orang-orang disekitarmu yang membacanya. Kata-katamu akan selalu dikenang, tinta dan tulisanmu akan selalu dibaca.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H