Mohon tunggu...
Efendi Rahmat
Efendi Rahmat Mohon Tunggu... -

Penggemar citizen journalism yang menjadi anggota kompasiana sejak 2009..

Selanjutnya

Tutup

Politik

Genderang Perang Mulai Ditabuh

23 Oktober 2013   10:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:08 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tepat setahun lagi pemilihan presiden akan dilaksanakan, genderang perang pun mulai ditabuh. Komentar-komentar miring pun mulai dilontarkan di berbagai media baik media elektronik maupun media cetak. Propaganda politik ini sudah mulai dilaksanakan beberapa saat yang lalu dengan iklan-iklan, baik yang terus terang maupun yang terselubung, mengunggulkan calon-calon tertentu. Bentuk-bentuk propaganda seperti ini tampaknya bisa diterima oleh rakyat karena tidak ada reaksi yang signifikan dari rakyat walaupun efektifitasnya masih dipertanyakan karena ada calon-calon yang sudah sekian lama dipromosikan tetapi popularitasnya tidak naik dengan nyata. Propaganda yang menebarkan pandangan positif tampaknya dianggap kurang efektif sehingga para politisi mulai berpaling pada propaganda negatif yang bertujuan untuk mendelegitimasi, mengkerdilkan, membingungkan maupun mengaburkan tokoh-tokoh yang mempunyai elekbilitas tinggi dalam pemilu yang akan datang.

Black campaign/kampanye hitam (meskipun mereka menolak dikatakan kampanye karena belum waktunya) atau propaganda politik hitam ini dimulai saat LSI (yang merupakan konsultan ARB) memaparkan hasil surveinya yang meminggirkan Jokowi dan Prabowo dari nama-nama yang disurvei sehingga menempatkan Megawati dan Abu Rizal Bakri sebagai kandidat yang paling tinggi elektabilitasnya dalam survei tersebut. Tentunya disamping untuk mendelegitimasi Jokowi dan Prabowo, ada tujuan-tujuan politis lain dari pemaparan ini yang dapat dikaji.

Berikutnya Nurhayati yang pernah disebut Mak Lampir oleh Ruhut Sitompul membuat pernyataan yang mengecilkan pencapaian yang berhasil dilakukan oleh Jokowi dengan menyebutkan jumlah rumah yang terbakar selama pemerintahan Jokowi (yang tentunya tidak akurat) dan menyatakan bahwa yang dilakukan oleh Jokowi hanyalah melanjutkan program-program gubernur yang lama. Tentu saja karena pernyataan ini sudah di tune-in dengan pengurus PD dan pengurus partai koalisi yang lain maka didukunglah pernyataan ini secara ramai-ramai bahkan oleh Ruhut Sitompul yang pernah bermusuhan dengan Nurhayati sekalipun. Di acara-acara TV yang dimiliki oleh tokoh partai pun prestasi Jokowi di eliminir oleh tokoh-tokoh partai seperti Igo Ilham, dan pengamat bayaran (setiap kali muncul di TV pasti dibayar) seperti Ihsanudin Nursi. Tujuannya adalah untuk memberikan citra atau kesan bahwa Jokowi bukanlah seorang yang hebat, ia figur yang biasa-biasa saja yang membuat kesalahan di sana-sini.

Propaganda politik hitam seperti ini sangatlah tidak sehat dan meracuni pemahaman rakyat banyak yang masih sedang belajar berdemokrasi. Ini adalah cara berpolitik yang tidak santun yang bertentangan dengan keyakinan yang sering diutarakan oleh SBY yang selalu menganjurkan berpolitik secara santun. Rakyat bisa melihat bahwa apa yang dikerjakan oleh Jokowi adalah pilihan kebijakan yang baik. Melanjutkan proyek MRT dan Monorel adalah pilihan terbaik. Apakah kita akan mensia-siakan uang rakyat yang telah dipakai untuk membayar studi kelayakan MRT yang begitu besar biayanya itu? Apakah kita akan menelantarkan bangunan pilar-pilar monorel yang sudah memakan biaya ratusan milyar itu termasuk biaya studi kelayakannya yang sudah dibayar oleh rakyat? Melanjutkan pembangunan proyek-proyek tersebut bukan saja menyelamatkan uang rakyat yang sudah dikeluarkan tetapi juga akan mempersingkat waktu penyelesaian proyek karena sebagian tahapannya sudah selesai dikerjakan. Kalau ada yang harus dipersalahkan dalam hal ini maka persalahkanlah gubernur-gubernur sebelumnya yang membiarkan proyek-proyek tersebut terbengkalai. Jokowi telah menyelamatkan uang rakyat.

Menyalahkan Jokowi atas terjadinya kebakaran sama sekali tidak fair; sama halnya dengan menyalahkan SBY saat terjadinya sunami di Aceh yang mengambil korban lebih dari seratus ribu jiwa yang melayang dan menimbulkan kerusakan infrastruktur dan harta benda yang luar biasa.

Marilah kita hentikan propaganda politik hitam ini agar politik kita tampil lebih beradab. Propaganda politik hitam tidak akan menghasilkan apa-apa kecuali rasa dendam, penyesatan, mempermalukan dan permusuhan. Marilah kita bercermin dari negara lain di mana propaganda politik hitam terhadap Obama oleh politisi republikan tidak berhasil menjegal Obama menjadi Presiden malah menimbulkan dendam di kedua kubu partai yang hampir menghancurkan Amerika Serikat sebagai negara Adidaya. Apakah kita akan mengorbankan negeri ini untuk kepentingan-kepentingan ego-ego tertentu di negeri ini. Jawabannya ada pada anda semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun